
Gede Banget! Segini Biaya Investasi EBT Untuk Dekarbonasi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat, kebutuhan investasi untuk mengembangkan Energi Baru dan Tebarukan (EBT, demi mencapai dekarbonisasi atau netral karbon.
Pada tahun 2030 sampai tahun 2050 diperkirakan biaya untuk dekarbonisasi mencapai US$ 45 miliar hingga US$ 60 miliar.
"Ini jadi pentinga dan ini adalah investasi baru, bukan biaya/beban. Yang tadinya BUMN investasi ke infrastruktur fosil ke depan untuk menuju net zero emission investasinya berubah," ungkap Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), dalam Media Briefing, Senin (20/12/2021).
Untuk mengejar kebutuhan investasi ini, yan sejatinya untuk di awal bisa menggunakan kemampuan dana dari APBN maupun APBD. Pertama, untuk investasi pemanfaatan sumber daya, resources.
"Misalnya, kalau mau bangun PLTS skala besar, di mana letaknya? Investor tidak perlu cari-cari kalau pemerintah sudah melakukan pemetaan," ungkap Febby.
Kedua, investasi yang dikeluarkan melalui APBN itu bisa untuk melakukan pilot project teknologi-teknologi baru yang belum berkembang. Contoh: di Indonesia memiliki potensi energi laut seperti wave, idle, iron yang semua potensi itu mencapai 60 Giga Watt (GW).
"Di mana kita bisa mengembangkan pilot project itu. Ini cocok untuk melistriki daerah-daerah kecil, tapi perlu investasi dan pilot project. Karena ini biaya capex masih mahal," terang Fabby.
Ketiga, menggunakan anggaran kita untuk instrumen-instrumen yang mengurangi EBT untuk investor.
Kempat, menyiapkan instrumen pendanan. Seperti diketahui bahwa Pesan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), bahwa transisi EBT jangan sampai membebankan APBN atau jangan kasih subsidi. "Padahal misalnya subsidi Rp 50 - Rp 60 Triliun menjadi instrumen untuk pembiayaan EBT di Indonesia Timur dalam membuat harga listrik rendah," tegas Fabby.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Dunia: Penggunaan EBT Indonesia Tertinggal