Dulu Diidolakan, Kini Perjuangan Apartemen Berdarah-darah!

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
19 December 2021 08:15
cover topik/Apartemen Hantu Bertebaran di Jakarta_Konten/Aristya Rahadian
Foto: cover topik/Apartemen Hantu Bertebaran di Jakarta_Konten/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat tidak baik bagi kesehatan dan juga perekonomian. Salah satunya adalah apartemen.

Ini tercermin dari menurunnya permintaan masyarakat terhadap hunian jenis apartemen. Pasalnya, permintaan akan apartemen sudah berkurang sejak beberapa tahun lalu, namun diperparah dengan adanya pandemi.

Artinya, apartemen yang dulu di idola-idolakan terutama oleh kaum muda sebagai hunian, sekarang harus berjuang bahkan hingga 'berdarah-darah' untuk bisa kembali menjadi primadona.

Hancurnya permintaan hunian apartemen ini terlihat juga dari riset yang dilakukan konsultan properti, Coldwell Banker Commercial. Disebutkan tingkat permintaan apartemen sudah mulai melambat sejak kuartal kedua 2020 lalu, terutama di kota-kota besar.

"Permintaan hanya terserap dari transaksi penjualan beberapa proyek apartemen di Surabaya dan Bandung, dan Makassar. Sementara tidak ada permintaan lain yang terserap di pasar utama pada kota besar lainnya," tulis Angra Angreni Manager Research & Consultancy Coldwell Banker Commercial, dikutip CNBC Indonesia, Minggu (19/12/2021).

Menurut data yang disajikan oleh konsultan ini, dalam tahun yang sama, tingkat permintaan apartemen di satu kota mengalami penurunan drastis. Sebut saja Surabaya turun 32%, Bandung 90%, Medan turun 100%, Semarang 100%, Batam 100%, Makassar 19%, Balikpapan stagnan, Bali turun 100%, sementara Palembang stagnan.

Sedangkan kota yang masih mengalami kenaikan sales hanya beberapa. Yakni Surabaya 0,4%, Bandung 0,1% dan Makassar 0,4%, sisanya 0%.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie menjelaskan kondisi ini terjadi karena rendahnya permintaan. Sedangkan supply apartemen secondary semakin tinggi, bahkan lebih rendah harganya dibanding apartemen baru.

"Pasar lagi terjun bebas. Pasar apartemen ada dua yang dipakai sendiri juga biasa beli apartemen untuk disewakan kembali. Nah karyawan perusahaan asing masih di luar," kata Hari.

Di tahun depan, kondisi ini dinilai masih belum akan membaik. Sebab, meski industri properti akan mengalami perbaikan, namun pembeli cenderung lebih mencari hunian rumah tapak ketimbang vertikal.

Dalam kesempatan terpisah, Managing Director PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi mengungkapkan segmen apartemen strata title (milik) telah terguncang sejak 2018. Penyebabnya adalah peminat untuk tinggal di bangunan apartemen sudah berkurang.

"Pasar penjualan beda, itu lebih dikarenakan pasar oversupply, ini sudah dirasakan sejak 2018, sejak pandemi tapi dikit demi sedikit pasar di-stop over the year sampai tahun ini tentu. Distop oleh pasar over supply tersebut, di 2023 kami harap apartemen normal, kalau pasar sewa tergantung pandemi lewat atau nggak," papar dia.

Ia menambahkan hal ini juga diakui pengembang. Banyak yang akhirnya memilih melakukan penahanan pembangunan.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pengusaha Hotel Tertekan, Apartemen & Homestay "Ngamuk"

Next Article Apartemen & Kos 'Bunuh' Hotel di Jakarta, Ini yang Terjadi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular
Advertisement