Pak Jokowi, Jangan Anggap Enteng 'Raksasa Migas' Yang Cabut!

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
17 December 2021 15:50
Minyak Bumi
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam waktu belakangan ini, Indonesia dikejutkan dengan hengkangnya 'Raksasa Migas' atau Kontraktor Kontrak Kerja (KKKS) minyak dan gas bumi asing. Untuk hal itu, pemerintah diminta jangan menganggap enteng atas hengkangnya 'Raksasa Migas' tersebut.

Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto menegaskan, hengkangnya para 'Raksasa Migas' dari Indonesia akan menggangu target lifting migas. Bahkan, upaya pemerintah menggenjot target 1 juta barel minyak per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) juga akan terbengkalai.

"Kerugian besar akan dialami Indonesia apabila Pemerintah menganggap enteng dan lambat bersikap atas hengkangnya investor kakap migas tersebut," terang Mulyanto kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/12/2021).

Seperti yang diketahui, baru baru ini ConocoPhillips hengkang dari Blok Corridor (Corridor PSC), Sumatra Selatan pada tanggal 8 Desember 2021 lalu, dan memutuskan untuk menambah saham di Australia.

Sebelumnya Royal Dutch Shell Shell dilaporkan melepas 35% sahamnya di Blok Masela. Kemudian ada Chevron yang menyatakan menarik diri dari proyek Deep Water Development (IDD), Kalimantan Timur setelah menyerahkan Blok Rokan kepada Pertamina.

"Mereka memilih tidak meneruskan operasional di wilayah kerja Indonesia dan lebih memilih berinvestasi di negara lain," kata Mulyanto.

Oleh karena itu, kata Mulyanto, pemerintah diminta untuk tidak menutup mata dan menganggap enteng soal ini

"Kalau kondisi ini terus berlanjut, maka penerimaan negara dari sektor migas akan terancam merosot. Sementara net impor migas akan semakin tinggi. Sedang target satu juta barel minyak per hari di tahun 2030 tinggal menjadi mimpi. Ini adalah kondisi yang tidak kita inginkan," jelas Mulyanto.

Menurut catatannya, dari sisi investasi sendiri dilaporkan, bahwa investasi sektor migas hingga kuartal III-2021 tercatat baru mencapai US$ 9,07 miliar atau 53,95% dari target sebesar US$ 16,81 miliar untuk tahun ini.

Capaian yang rendah ini terjadi baik di hulu maupun di hilir sektor migas, termasuk keterlambatan proses pembangunan kilang Pertamina.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aturan Bagi Hasil Migas RI Bakal Dirombak, Ini Kata Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular