Lampaui 2020, Produksi Batu Bara RI Tembus 581 Juta Ton!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
17 December 2021 14:50
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi batu bara nasional sampai hari ini, Jumat, 17 Desember 2021, mencapai 581,17 juta ton atau 92,99% dari target tahun ini 625 juta ton.

Hal tersebut berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, dikutip Jumat (17/12/2021).

"Produksi batu bara 581,17 juta ton atau 92,99% dari target per 17 Desember 2021," bunyi data MODI tersebut.

Adapun dari realisasi produksi tersebut, realisasi ekspor tercatat mencapai 282,69 juta ton, domestik 188,38 juta ton, penyerapan batu bara khusus untuk pembangkit listrik dalam negeri (Domestic Market Obligation/ DMO) 63,47 juta ton.

Realisasi produksi batu bara hingga pertengahan Desember 2021 ini telah melampaui dari realisasi produksi pada satu tahun penuh 2020 yang mencapai 565,69 juta ton.

Terkait realisasi produksi batu bara hingga saat ini, Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) memperkirakan permintaan batu bara pada tahun depan masih cukup tinggi. Meski sejumlah negara maju mengampanyekan anti-batu bara dan meminta menghentikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), namun menurutnya itu belum akan terjadi pada tahun depan, termasuk di Indonesia.

"Kalau pengurangan pemakaian batu bara untuk PLTU setahu saya efektifnya bukan di tahun depan (kalau merujuk ke RUPTL PLN). Permintaan akan batu bara di tahun depan diperkirakan masih cukup bagus," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/12/2021).

Dia pun meyakini ekspor batu bara Indonesia pada tahun depan masih tinggi karena mayoritas batu bara RI diekspor ke Asia Pasifik yang umumnya masih mengandalkan batu bara untuk sumber energi pembangkit listrik mereka.

"Ekspor kita 98% ke wilayah Asia Pasifik yang umumnya masih mengandalkan batu bara untuk kelistrikan mereka. Jadi dalam jangka pendek belum terlalu terpengaruh," ucapnya.

Sementara dampak pemberlakuan pajak karbon pada PLTU mulai April 2022, pihaknya belum bisa memperkirakan dampak ke penambang.

"Kalau pajak karbon belum tahu pasti dampak ke penambang karena akan diberlakukan ke PLTU," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Belajar dari Krisis Energi Inggris-China, RI Yakin Stop PLTU?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular