
Dear Pak Jokowi! Bank Dunia Ungkap Beratnya 'Luka Dalam' RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki tugas berat dalam penanganan pandemi covid-19. Sekalipun covid punah, pandemi masih menyisakan luka yang amat dalam untuk diobati. Salah satunya pengangguran.
Demikianlah diungkapkan Habib Rab, Kepala Ekonom Bank Dunia regional Indonesia dan Timor Leste saat menyampaikan laporan prospek ekonomi Indonesia secara virtual dikutip Jumat (17/12/2021)
"Dampak jangka pendek dari covid ini ada dan sudah dilihat dan ada risiko dampak yang akan bertahan lama, terkait pengangguran meningkat dan penurunan investasi. Kita lihat ada penurunan pertumbuhan potensional terus menurun," jelasnya.
![]() INDONESIA ECONOMIC PROSPECTS (Dok Bank Dunia) |
Rab memastikan persoalan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan banyak negara di dunia. Pemerintah menurutnya perlu mengidentifikasi lebih rinci mengenai permasalahan tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran pada Agustus mencapai 9,1 juta orang atau secara persentase mencapai 6,49%. Sementara angka pengangguran sebelum terjadi pandemi atau pada 2019, angka pengangguran mencapai 7,1 juta. Artinya, ada 2 juta orang yang menganggur karena pandemi Covid-19.
"Dampaknya pada pasar tenaga kerja dan tenaga kerja muda dan lulusan sarjana baru," imbuhnya.
Bank Dunia juga melihat adanya penurunan 14% dari keikutsertaaan pekerja dalam pendidikan dan pelatihan selama pandemi covid-19. Hal tersebut memungkinkan terjadinya penurunan kualitas pekerja.
"Pesan utamanya, banyak tenaga kerja keluar dari pasar ketenagakerjaan dan tidak terlibat dalam pendidikan dan pelatihan selama pandemi," paparnya.
![]() INDONESIA ECONOMIC PROSPECTS (Dok Bank Dunia) |
Bank Dunia berharap pemerintah serius menjalankan reformasi struktural, salah satunya menciptakan iklim bisnis yang kondusif sehingga adanya peningkatan investasi. Sehingga lebih banyak lapangan kerja tercipta dan mengurangi pengangguran.
Di sisi lain peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga patut terus dilakukan. Baik dari sisi pendidikan formal maupun pelatihan khusus yang melibatkan sektor swasta dalam dan luar negeri.
"Reformasi struktural akan bisa memperdalam dampak positif dari kebijakan makroekonomi kita," pungkasnya.
Ramalan Bank Dunia
Bank Dunia dalam laporan terbarunya memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 3,7% tahun ini. Jauh membaik ketimbang tahun lalu yang minus lebih dari 2%, capaian terburuk sejak 1998.
Perlahan tetapi pasti, ekonomi Indonesia kembali ke masa sebelum pandemi. Berbagai indikator membuktikan hal tersebut.
Pertama adalah ekspor. Nilai ekspor Indonesia pada Januari-November 2021 rata-rata mencapai US$ 18,63 miliar per bulan. Selama periode yang sama tahun lalu, rerata ekspor adalah US$ 13,33 miliar per bulan dan pada Januari-November 2019 (sebelum pandemi) ada di US$ 13,93 miliar per bulan.
Artinya, kinerja ekspor tidak hanya kembali ke masa sebelum pandemi tetapi melampauinya.
Kemudian aktivitas sektor manufaktur juga sudah pulih. Ini tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) yang dalam tiga bulan terakhir berada di atas 50. Skor PMI di atas 50 menandakan dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Tidak hanya dari sisi dunia usaha, rumah tangga atau konsumen juga semakin percaya diri melihat prospek ekonomi. Buktinya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terus berada di atas 100.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 100, maka artinya konsumen percaya diri memandang kondisi ekonomi saat ini hingga beberapa bulan mendatang.
Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode November 2021 sebesar 118,5. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 113,4 sekaligus yang tertinggi sejak Januari 2020. Sudah kembali seperti sebelum pandemi virus corona meneror Nusantara.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Penyimpangan, Bank Dunia Setop Peringkat 'Doing Business'