Putin Tiba-tiba Dapat Warning Keras dari Biden, Ada Apa Ini?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat peringatan keras dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Peringatan diberikan Biden kepada Putin sebagai respon atas kondisi yang terjadi di Ukraina, salah satu negara pada kawasan Eropa Timur.
Menurut Biden, Rusia akan mendapat konsekuensi mengerikan jika negara tersebut nekat menyerang Ukraina. AS disebutnya siap mengirim pasukan darat ke Ukraina apabila Rusia menginvasi Ukraina tanpa perundingan di atas meja.
"Saya menjelaskan dengan sangat jelas kepada Presiden Putin ... bahwa jika dia (Rusia) bergerak ke Ukraina maka konsekuensi ekonomi bagi Rusia akan menghancurkan. Menghancurkan," kata Biden dikutip dari Reuters, Minggu (12/12/2021).
Selain mengancam akan mengirim tentara angkatan daratnya ke Ukraina, AS juga berkomitmen meminta NATO untuk mengirim lebih banyak tenaga bantuan ke negara anggotanya di Eropa Timur untuk memperkuat pertahanan di sana.
Biden berkata, citra dan posisi Rusia di mata dunia akan berubah drastis apabila negara tersebut menyerang Ukraina. Sebagai catatan, pekan lalu Biden dan Putin telah berbincang melalui sambungan telepon. Perbincangan mereka saat itu berlangsung dalam kurun dua jam.
Para Menteri Luar Negeri dari G7, organisasi 7 negara demokrasi terkaya di dunia, telah mengirim pesan serupa untuk Rusia pada Sabtu (11/12/2021) lalu. Dalam pesannya, mereka mengingatkan konsekuensi yang bisa didapatkan Rusia apabila melakukan serangan ke Ukraina. Mereka meminta Rusia untuk kembali ke meja perundingan dalam menyelesaikan masalah dengan Ukraina.
Potensi sanksi bagi Rusia diperkirakan akan dibahas para Menteri Keuangan negara anggota G7 saat mereka menggelar rapat daring pada Senin (13/12/2021) mendatang.
Sebagai informasi, konflik di Eropa Timur kali ini disebabkan adanya tuduhan dari Ukraina bahwa Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara dalam rangka persiapan untuk kemungkinan terjadinya serangan militer skala besar. Tuduhan tersebut dibantah Rusia.
Negara tersebut mengatakan tidak berencana melakukan serangan apapun, dan menuduh balik Ukraina dan AS bersikap tidak adil. Rusia mengklaim hanya membutuhkan jaminan keamanan untuk perlindungan negara tersebut.
Ditarik lebih jauh, ketegangan antara Rusia dengan Ukraina serta NATO sudah dimulai sejak 2014 lalu. Saat itu, Rusia telah merebut semenanjung Krimea dari Kiev dan mendukung pemberontakan separatis yang berusaha menggabungkan wilayah itu dengan Moskow.
Langkah Rusia tersebut membuat beberapa negara NATO berang. AS dan Eropa lantas memberondong sanksi ekonomi terhadap Rusia akibat aksi negara tersebut merebut semenanjung Krimea. Negara anggota NATO bahkan sempat mengirimkan kapal perangnya ke wilayah konflik.
Pekan lalu, Biden berjanji akan memberi lebih banyak bantuan militer kepada negara anggota NATO dari Eropa Tengah. Kebijakan ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan pada kawasan Eropa Tengah dan Timur.
(cha/cha)