IMF Ungkap Sederet Ancaman Global, RI Kudu Waspada

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
10 December 2021 10:55
imf
Foto: Reuters

Bali, CNBC Indonesia - International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi global tahun depan diperkirakan masih akan tidak sebesar pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diperkirakan sebesar 5,9% (year on year/yoy).

Direktur Pertama Pelaksana IMF Geoffrey Okamoto mengungkapkan, pada Oktober 2021 pihaknya telah merilis review pertumbuhan ekonomi global tahun ini, hanya akan tumbuh 5,9% atau turun 0,1% dibandingkan outlook pada Juli 2021.

IMF pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun depan akan turun dari outlook pertumbuhan ekonomi global tahun ini, menjadi sebesar 4,9% (yoy).

Okamoto mengatakan penurunan proyeksi 2021 tersebut seiring adanya penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III akibat merebaknya kasus positif varian Delta di seluruh dunia.

Di sisi lain, adanya varian baru Omicron sekaligus gangguan rantai pasok kembali menekan kegiatan perekonomian yang mulai pulih pada Kuartal IV-2021 sehingga berimplikasi pada ekonomi tahun depan.

"Dan saya pikir penting untuk menegaskan bahwa masih ada risiko penurunan. Varian Omicron baru telah meningkatkan ketidakpastian tentang jalur virus, tapi endemik pada Covid-19 yang lebih agresif dapat muncul dan membebani aktivitas ekonomi di masa depan juga," tuturnya saat melakukan video conference dengan awak media, Jumat (12/10/2021).

Adanya varian Omicron dan disrupsi rantai pasok juga diperkirakan akan menimbulkan luka atau scarring effect yang bertahan lama pada ekonomi dan kelompok rentan.

Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa global masih dihadapkan pada ketidakpastian terlebih akibat munculnya varian baru Omicron yang telah menyebar ke berbagai negara berpotensi menghambat pemulihan ekonomi di masa mendatang.

Selain ketidakpastian covid-19, tantangan lain juga datang dari peningkatan inflasi di beberapa negara yang disebabkan oleh masalah rantai pasok. Tekanan dari sisi inflasi pun akan memicu pengetatan dari sisi kebijakan moneter yang lebih cepat dari perkiraan.

"Pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat dari perkiraan di negara maju yang akan memperketat kondisi keuangan global dengan beberapa potensi limpahan di pasar negara berkembang," jelas Okamoto.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Negara Bisa Gagal Bayar Utang Ke China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular