Dua Raksasa Properti China 'Ambruk', Gagal Bayar Rp 23 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua perusahaan properti besar China dikabarkan gagal membayar obligasi senilai US$ 1,6 miliar atau Rp 23 triliun (asumsi Rp 14.370/US$) kepada kreditur luar negeri. Hal ini disampaikan lembaga Fitch Ratings, Kamis (9/12/2021).
Dilansir dari AFP, Fitch mengkonfirmasi perusahaan real estate raksasa Evergrande telah gagal membayar lebih dari US$ 1,2 miliar (Rp 17,2 triliun) utang obligasi, karena menurunkan status perusahaan ke peringkat default terbatas.
Sebelumnya Evergrande telah mengalami krisis dan berjuang selama berbulan-bulan untuk mengumpulkan modal untuk melunasi utang US$ 300 miliar.
Fitch juga mengkonfirmasi Kaisa, perusahaan properti yang lebih kecil tetapi salah satu yang paling berutang di China, juga gagal membayar obligasi US$ 400 juta (Rp 5,7 triliun).
Bulan lalu Evergrande melewatkan pembayaran obligasi asing pertama tetapi ada masa tenggang 30 hari, yang habis pada Selasa. Akibatnya beberapa pemilik obligasi mengeluh bahwa utang yang dipinjam belum dilunasi.
Pemerintah China dikabarkan bersedia untuk menutup utang Evergrande, real estat berusia 25 tahun yang melambangkan pertumbuhan properti tinggi negara itu dalam beberapa dekade terakhir.
Setelah Evergrande mengatakan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya, pemerintah memanggil pendiri perusahaan. Di sana mereka mengumumkan beberapa langkah gambaran paling jelas tentang rencana Beijing untuk mengakhiri krisis.
Di sisi lain, menurut Bloomberg News, setidaknya 10 perusahaan real estat dengan peringkat lebih rendah kini dilaporkan gagal membayar obligasi dalam negeri atau luar negeri sejak musim panas.
Sebelum Kamis, peminjam China telah gagal membayar obligasi luar negeri senilai US$ 10,2 miliar, dengan perusahaan real estate menyumbang 36% dari non-pembayaran tersebut.
(tfa/tfa)