Internasional
Warga China Serbu Properti Tetangga RI, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelonggaran aturan ketat Covid-19 di China kemungkinan akan melihat minat warga negaranya untuk membeli properti di Singapura.
Banyak pembeli dari China tersebut mulai bepergian ke Singapura setelah liburan Tahun Baru Imlek. Beberapa mungkin datang untuk bekerja, belajar, atau melakukan bisnis.
"Kami mengharapkan lebih banyak pembeli asing dan penduduk tetap untuk kembali ke pasar properti Singapura, terutama dengan dibukanya kembali perbatasan internasional China," kata Christine Sun, wakil presiden senior riset & analitik di OrangeTee & Tie, dikutip Channel News Asia, Kamis (23/2/2023).
Lee Sze Teck, direktur senior penelitian di Huttons juga mengatakan bahwa pembeli asing sudah kembali ramai, di mana mereka tercatat mengambil 57 unit pada Januari atau 58,3% lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Dalam dekade terakhir, pembeli properti dari China telah menjadi kelompok pembeli properti asing terbesar di Singapura.
Sementara itu, Menteri Pembangunan Nasional Singapura Desmond Lee membagikan tabel persentase transaksi properti hunian pribadi oleh warga negara Singapura, orang asing, penduduk tetap, dan perusahaan selama 10 tahun terakhir.
Pangsa unit yang dibeli oleh warga Singapura ternyata naik dari 73,7% pada 2013 menjadi 82,6% pada 2021. Kemudian sedikit menurun menjadi 79,9% pada 2022 yang serupa dengan level sebelum Covid-19 pada 2019.
Proporsi rumah pribadi yang dibeli oleh penduduk tetap berkisar sekitar 13%-16% dalam 10 tahun terakhir, sementara proporsi orang asing yang membeli rumah telah turun, dari 7% menjadi 8-10% tahun lalu menjadi 3,5% pada 2022.
CEO PropNex Ismail Gafoor mengatakan meski ada kebangkitan minat pembelian asing yang diharapkan, kecil kemungkinan hal ini akan berdampak besar pada pasar properti lokal karena pembelian oleh orang asing merupakan minoritas kecil dari keseluruhan kesepakatan.
Dia menunjukkan bahwa tahun lalu, 78% dari transaksi perumahan pribadi non-tanah dilakukan oleh pembeli Singapura dengan orang asing hanya menyumbang 4,8%. Penduduk tetap Singapura menyumbang sekitar 17,6% dari penjualan.
"Pembeli China cenderung membuat proporsi penjualan yang cukup besar ke orang asing, tapi mereka hanya menyumbang sebagian kecil dari total transaksi," katanya. "Pembeli Singapura terus mendominasi penjualan rumah."
Pada 2022, pembeli asing China membeli 241 rumah pribadi non-tanah di Singapura, yang merupakan 26,5% dari transaksi pembeli asing. Namun ini hanya menyumbang sekitar 1,3% dari total transaksi untuk penjualan kondominium.
Pembelian properti oleh pembeli dari China mencapai rekor terendah sejak 2010, menurut data yang dikumpulkan oleh PropNex. Namun, angka dari dekade terakhir menunjukkan bahwa jumlah transaksi belum melampaui 700 unit, atau lebih dari 3,6% dari total penjualan.
Angka itu juga turun dalam empat tahun terakhir menjadi kurang dari 500 unit per tahun. Jika PR dimasukkan, jumlah kondominium yang dibeli oleh pembeli China daratan pada tahun 2022 adalah 1.351, lebih sedikit dari 1.738 unit yang dibeli pada tahun 2021.
Secara proporsi, jumlah kondominium yang dibeli oleh pembeli China daratan, baik penduduk tetap maupun non-PR, naik dari 5,9% pada 2021 menjadi 6,9% pada 2022.
"Meskipun pembeli China daratan adalah pembeli asing teratas, mereka masih merupakan sebagian kecil pembeli di pasar. Oleh karena itu, mereka mungkin tidak menyebabkan harga keseluruhan melonjak terlalu banyak," pungkas Sun.
[Gambas:Video CNBC]
China Bawa Kabar Buruk soal Ekonomi, Properti Jeblok!
(luc/luc)