Mau Cabut, ConocoPhillips Produsen Gas Terbesar ke-2 RI lho..

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Kamis, 09/12/2021 17:25 WIB
Foto: ConocoPhillips, Conoco Phillips

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) Tanah Air kembali dikejutkan dengan kabar pelepasan seluruh saham oleh ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd (CIHL) kepada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

ConocoPhillips merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang memiliki kontribusi besar dari sisi produksi gas di Indonesia. Bahkan, menduduki peringkat kedua nasional, mengalahkan PT Pertamina EP.

Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), hingga kuartal III 2021 ConocoPhillips (GRISSIK) LTD mencatatkan produksi gas sebesar 995 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).


Kemudian, untuk realisasi salur gas (lifting) mencapai 831 MMSCFD, lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar 780 MMSCFD.

Di peringkat pertama ada BP Berau Ltd dengan realisasi produksi gas mencapai 1.308 MMSCFD dan lifting gas sebesar 1.050 MMSCFD, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 1.200 MMSCFD.

Sementara produksi gas PT Pertamina EP di bawah ConocoPhillips, yakni 895 MMSCFD, dan lifting gas 687 MMSCFD, lebih rendah dari target pemerintah 700 MMSCFD.

Seperti diketahui, pelepasan saham ConocoPhillips Indonesia ke Medco ditandai dengan penandatanganan kesepakatan Medco untuk mengakuisisi seluruh saham yang diterbitkan ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. (CIHL) dari Phillips International Investment Inc., yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips, kemarin, Rabu (08/12/2021).

Dengan dilepaskannya seluruh saham di Blok Corridor ini, maka artinya ConocoPhillips tak lagi menjadi operator atau pun mengelola blok migas di Indonesia, baik blok produksi maupun eksplorasi.

Berdasarkan laporan tahunan ConocoPhillips 2020, ConocoPhillips hanya mengoperasikan dua blok migas atau hanya memiliki dua kontrak blok migas (PSC), yakni Blok Corridor di Sumatera Selatan dan Blok Kualakurun di Kalimantan Tengah. Adapun blok migas yang sudah berproduksi yaitu Blok Corridor.

Sementara Blok Kualakurun yang termasuk dalam kategori blok eksplorasi disebutkan akan dikembalikan ke pemerintah. ConocoPhillips memperoleh kontrak pengelolaan Blok Kualakurun ini pada 2015 dengan periode eksplorasi selama enam tahun.

Perusahaan migas AS ini telah menyelesaikan komitmen kerja pasti pada 2017, termasuk pemetaan satelit dan seismik 2D 740 km. Namun sayangnya, setelah melakukan evaluasi, pihaknya dan kontraktor lain di Blok Kualakurun ini memutuskan untuk mengembalikan blok ini kepada pemerintah.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Pertamina: Shifting Impor Minyak Jadi Cara Jitu Negosiasi Tarif Trump