Kronologi Utang Dahsyat AP I hingga Rp 32 T & Pengakuan Dirut

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Kamis, 09/12/2021 11:10 WIB
Foto: Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang. (Angkasa Pura I)

Jakarta, CNBC Indonesia - Angkasa Pura I buka suara mengenai kondisi keuangan juga beban hutang yang harus dibayarkan. Manajemen juga menegaskan itu bukan masalah struktural, asalkan proses restrukturisasi berjalan sesuai rencana.

Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi menjelaskan kewajiban kepada kreditur dan investor per November 2021 sebesar Rp 28 triliun, bukan Rp 35 triliun. Meski ada tunggakan lain seperti kewajiban terhadap karyawan dan supplier mencapai Rp 4,7 triliun.

"Sebenarnya kondisi AP I itu tidak seburuk yang diceritakan, total kewajiban itu Rp 32 triliun tahun ini," katanya dalam konferensi pers, kemarin Rabu (8/12/2021).

Faik menjelaskan apa yang dialami bukan masalah struktural, namun karena AP I belum beranjak pulih akibat pandemi Covid - 19. Makanya butuh upaya penyehatan atau restrukturisasi supaya kondisinya tidak menjadi lebih buruk.

Dia menjelaskan utang itu juga terbentuk sebelum adanya pandemi Covid - 19. Dimana AP I sibuk membangun dan melakukan pengembangan bandara dalam kondisi 'lack of capacity' atau kurang kapasitas akibat jumlah penumpang yang bertambah.

Adapun AP I menggunakan pembiayaan internal dan eksternal dari kredit sindikasi, perbankan dan obligasi. Sehingga upaya restrukturisasi keuangan internal butuh dilakukan perseroan.

"Jadi isunya bukan karena utangnya besar tapi, dengan utang yang besar itu kondisi AP I belum juga pulih akibat dampak pandemi Covid - 19 dan ada potensi meningkat lebih buruk lagi bila tidak dilakukan upaya penyehatan atau restrukturisasi," jelasnya.

Skenario 'Survival Strategi'

Saat ini perseroan sudah punya strategi untuk mengantisipasi hal ini, dengan program restrukturisasi agresif yang disebut 'survival strategy'. Meliputi restrukturisasi finansial, operasi, penjaminan, fundraising dan melakukan transformasi bisnis.

Misalnya dari operasi akan mengurangi waktu operasi bandara dari total 300 jam menjadi 127 jam, karena ada bandara yang sepi dari penumpang sehingga tidak harus buka 24 jam.

Perseroan juga mau melakukan asset recycling untuk mendapatkan pembiayaan dan menggandeng pihak lain. Ada tiga bandara yang masuk dalam program itu meski belum mau membeberkan secara detail.

"Recycling itu terutama ada di Lombok. Sekarang proses berjalan nanti kita bisa mendapatkan tambahan sekitar Rp 10 triliun. Detailnya nanti akan kita rilis untuk menghindari perspektif yang salah," Direktur Pengembangan Usaha Angkasa Pura I Dendi T Danianto.

Selain itu manajemen juga menyiapkan skenario pelepasan aset-aset non produktif, meski tidak dibeberkan detail aset mana yang mau dilepas.

AP I juga bakal melakukan penarikan piutang yang mencapai Rp 900 miliar di mana 41% atau sekitar Rp 370 miliar merupakan dari maskapai. Direktur Keuangan AP I Andy Bratamihardja mengatakan sudah mendapatkan komitmen dari maskapai untuk penyelesaian piutang ini.

"Sudah ada kesepakatan selesai sebelum akhir 2022, apa yang sudah terutang sebelumnya di masa pandemi," jelasnya.

Selain itu Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Angkasa Pura I M. Arifin Firdaus, mengatakan juga perusahaan melakukan penundaan pembayaran gaji dan tunjangan karyawan.

"Kita melakukan beberapa penundaan tunjangan yang seharusnya menjadi hak karyawan, termasuk penundaan pembayaran gaji," katanya.

Selain itu perusahaan juga melakukan perampingan SDM berbagai bagian dari restrukturisasi. Dengan cara tidak melakukan penggantian pada karyawan yang pensiun, Hingga menyiapkan opsi pensiun dini.

Proyeksi Keuangan Masih Rugi

Pada tahun ini ekspektasi manajemen arus kas perseroan tahun ini masih negatif Rp 1,1 triliun, dengan rugi mencapai Rp 3,24 triliun dan EBITDA masih minus Rp 297 miliar.

Namun dari hitungannya tahun 2022 dengan asumsi inisiatif penyehatan dilakukan sudah bisa lebih baik dengan arus kas Rp 1,15 triliun, EBITDA Rp 1,56 triliun dan rugi yang menyusut menjadi Rp 601 miliar.

Faik menjelaskan Perhitungan proyeksi konservatif belum memperhitungkan kondisi pandemi gelombang ketiga atau masuknya varian omicron.

"Itu skenario konservatif manajemen, kalo kondisi membaik itu bonus buat kita. Tapi lihat tahun depan out ada event moto GP di Mandalika, lalu G20 di Bali menggunakan bandara yang kita kelola," katanya.



(dru)
Saksikan video di bawah ini:

Video: H-2 Lebaran, Jumlah Penumpang Bandara Soetta Menurun!