Pensiunkan PLTU Biayanya Mahal, Sri Mulyani Butuh Rp 3.500 T

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
Selasa, 07/12/2021 12:05 WIB
Foto: Infografis/Tidak Hanya MPR saja, Belanja Jokowi & Prabowo Dipangkas Sri Mulyani!/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan butuh biaya besar untuk melakukan transisi energi ke yang lebih ramah lingkungan. Sehingga ini menjadi tantangan bagaimana pemerintah harus menyusun kebijakan yang tepat.

Sebab, untuk menurunkan tiga perempat dari 41% komitmen penurunan emisi di 2030 saja biayanya bisa mencapai Rp 3.500 triliun. Apalagi jika memenuhi komitmen tersebut maka biayanya jauh lebih mahal.


"Kalau sektor energi kontribusi turunkan CO2 sekitar 3/4 atau sekitar 450 juta ton ekuivalen, biaya turunkan itu mencapai Rp 3.500 triliun," ujarnya dalam webinar Pertamina, Selasa (7/12/2021).

Ia menyebutkan, biaya yang besar tidak hanya untuk mempensiunkan Pembangit Listrik Tenaga Uang (PLTU), tetapi untuk membuat pembangkit dari Energi Baru Terbarukan (EBT) juga sangat mahal biayanya.

"Jadi energi sektor very expensive dan costly tapi dia sangat-sangat penting bagi rakyat dan peranannya untuk turunkan CO2 second largest in our economic," kata dia.

Sementara itu, yang berkontribusi paling besar dalam menurunkan emisi CO2 adalah sektor forest tree and other land use (FOLU). Meski kontribusi paling besar namun dia tidak terlalu dibutuhkan untuk masyarakat seperti sektor energi.

Padahal biaya untuk menurunkan CO2 dari sektor FOLU sangat murah. Untuk menurunkan CO2 sebesar 41% atau 700 juta ton ekuivalen hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 90 triliun.

"Biaya relatif murah namun dibandingkan sektor energi. Tapi energi sangat penting bagi masyarakat," kata dia.

Oleh karenanya, pemerintah menyusun berbagai kebijakan untuk mulai melakukan transisi energi. Salah satunya melalui pajak karbon.

Sehingga secara bertahap bisa mengurangi penggunaan energi karbon dan sejalan membangun energi baru.

"Jadi Pertamina sebagai perusahaan milik negara bahkan terbesar di bidang energi, the responsibility untuk transformasikan Indonesia ke zero net emission yang bisa dijangkau masyarakat dan adil jadi luar biasa penting. Saya harap Pertamina dalam selebrasi 64 tahun, ini jadi komitmen dari jajaran pimpinan Pertamina," pungkasnya.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil