3 Kali Panjang Kereta Cepat JKT-BDG, Begini KA Cepat Laos!
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara Laos kini sudah memiliki kereta cepat pertama di kawasan Asia Tenggara mendahului Indonesia. Masalah utang kepada China diprediksi akan menghantui salah satu negara termiskin di kawasan Asia ini.
"Saya bangga dengan impian rakyat Laos telah terwujud," kata Presiden Laos Thongloun Sisoulith Heralded, dikutip dari France 24, Senin (6/12/2021).
"Ini adalah era baru modern infrastruktur," tambahnya.
Kereta cepat ini memiliki panjang mencapai 414 km yang menghubungkan kota di perbatasan China Boten di tenggara China ke ibu kota Laos, Vientiane. Panjang lintasan ini hampir 3 kali panjang Kereta Cepat Jakarta Bandung yang hanya 150 km.
Waktu perjalanan dari dari dua kota itu hanya memakan waktu kurang dari 4 jam jika dibandingkan dengan angkutan darat selama 15 jam.
Proyek kereta cepat ini bagian dari merupakan bagian dari mega proyek China Belt and Road Initiative (BRI) atau jalur sutra China yang tembus hingga Singapura. Karena kereta ini tidak hanya digunakan untuk mengangkut penumpang namun juga barang
Mengutip laporan Bank Dunia, China juga memegang 70% saham usaha patingan kereta cepat yang didirikan pada tahun 2015 ini, dengan total investasi mencapai US$ 5,9 miliar.
"Atau setara 1,3 kali lipat dari total investasi negara yang dikeluarkan pada tahun 2018," tulis
Meski dampak ekonomi yang dihadirkan adanya keberadaan jalur kereta itu akan besar. Karena membuat jalur logistik antara negara yang dilewati jalur BRI semakin dekat. Sehingga ongkos logistik semakin kecil.
"Potensi tourism juga semakin besar," tulis laporan itu.
Untuk diketahui struktur pembiayaan proyek ini paling besar dibiayai oleh utang mencapai 60% atau setara US$ 3,5 miliar, yang berasal dari China Export Import Bank. Sisanya adalah modal dari kepemilikan atau modal yang disetorkan dari pihak Laos sebesar US$ 730 juta dan China US$ 1,63 miliar.
Analis sendiri mengakui potensi dorongan ekonomi dari proyek ini, namun Laos sebagai negara miskin harus membayar kewajiban utang sebesar US$ 1,06 miliar dan bisa mengambil keuntungan yang besar terhadap sistem transportasi canggih ini.
Masalahnya Pemerintah Laos juga mengambil pinjaman US$ 480 juta dari Export - Import bank Of China untuk menutupi dua pertiga saham ekuitasnya, sehingga total bagian utangnya menjadi US$ 1,54 miliar.
Kepala Ekonom Bangkok Bank Burin Adulwattana, mengatakan proyek itu akan menjadi game changer ekonomi Laos, tidak sebagai upaya China membuat Laos bangkrut.
"Saya tidak melihat sebagai upaya China membuat Laos bangkrut. In bykan strategi kuda troya. Situasi ini akan menjadi saling menguntungkan," katanya.
Dosen Universitas Nasional Australia Greg Raymond, dari catatan laporan Bank Indonesia pendanaan proyek ini ada yang tidak berkelanjutan. Namun yang menjadi masalah apakah Laos bisa mengambil keuntungan dari proyek ini.
"Masalahnya bagi Laos, apakah mereka di sektor swasta diposisikan mengambil keuntungan dari sistem proyek ini," katanya.
Untuk diketahui spesifikasi kereta ini mampu berjalan dengan kecepatan 160 kilometer per jam untuk kereta penumpang, sementara 120 kilometer per jam untuk kereta barang. Kereta aini memiliki 10 stasiun penumpang dan 22 stasiun barang.
(hoi/hoi)