Ahli Sebut Dunia akan Hadapi 'Tsunami' Long Covid

News - Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
05 December 2021 12:00
A person queues to be tested for COVID-19 in Johannesburg, South Africa, Saturday Nov. 26, 2021. As the world grapples with the emergence of the new variant of COVID-19, scientists in South Africa — where omicron was first identified — are scrambling to combat its spread across the country. (AP Photo/Jerome Delay) Foto: AP/Jerome Delay

Jakarta, CNBC Indonesia - Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, memperkirakan penduduk dunia akan menghadapi tsunami long Covid-19 dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Long Covid adalah gejala yang dirasakan penyintas Covid-19 dalam waktu yang cukup lama meskipun dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Menurut Dicky, peristiwa tsunami long Covid dunia bukan hal yang aneh. Sebab, peristiwa itu jelas disebutkan dalam sumber literatur mengenai pandemi virus.

"Long Covid ini akan jadi tsunami, akan jadi tsunami dunia mungkin 3-5 tahun ke depan dan itu bukan hal aneh dalam setiap pandemi virus," kata Dicky, seperti dikutip CNN Indonesia, Minggu (5/12/2021).

Long Covid dalam jumlah banyak itu mengakibatkan kualitas sumber daya manusia menurun. Karenanya, ia mengingatkan bahwa mencegah penularan Covid-19 merupakan langkah yang lebih baik.

Selain itu, kata dia, masalah perubahan iklim yang saat ini sedang menjadi momok banyak negara di dunia berkaitan dengan pandemi. Dicky menjelaskan, perubahan iklim akan membuat habitat dari bintang-binatang liar menjadi hilang atau berkurang.

Dampaknya, jumlah beberapa spesies di dunia juga akan berkurang atau bahkan mengalami kepunahan. Ini akan membuat virus atau parasit pada binatang yang punah tersebut mencari inang baru, bisa hewan maupun manusia.

"Kemusnahan dari spesies hewan ini akan berimplikasi pada si virus yang ada atau parasit yang ada di hewan ini akan mencari inang baru, tuan rumah baru dan itu bisa hewan bisa manusia," kata Dicky.

Padahal, jumlah virus di dunia kurang lebih mencapai 1,6 juta jenis. Setengah dari 1,6 juta virus tersebut berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia.

Di sisi lain, kata Dicky, baru satu persen dari setengah virus yang bisa menular pada manusia itu diketahui oleh pakar. Jenis virus lainnya terdapat pada binatang liar yang hingga saat ini belum diketahui.

"Nah, kalau sampai spesies ini musnah ya virusnya itu yang tadi saya sampaikan bisa berpotensi menjadi wabah itu pindah. Nah di situlah potensi pandemi terjadi karena apa? Karena ya tadi perubahan iklim, ada yang membuat habitat dan ekosistem menjadi rusak," ungkapnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Profesor Harvard: Saatnya Move On dari Pandemi, RI Bisa Gak?


(sys/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading