Blak-blakan Luhut RI Masih 'Kecanduan' Impor Alat Kesehatan

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
04 December 2021 09:15
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan usai memenuhi undangan klarifikasi sebagai pelapor atas laporan pencemaran nama baik kepada Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (27/9/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan menghadiri Health Business Gathering di Denpasar, Bali, Jumat (3/12/2021). Dalam kesempatan itu, Luhut mengungkapkan defisit perdagangan alat kesehatan Indonesia terus meningkat.

Menurut dia, defisit perdagangan yang naik hampir empat kali lipat dari US$ 161 juta pada tahun 2013 menjadi US$ 531 juta pada tahun 2020. Meningkatnya defisit perdagangan disebabkan impor alat kesehatan yang terus meningkat sejak tahun 2015. Selama dua tahun terakhir impor tumbuh dua digit (>10% yoy) dan mencapai US$ 703 juta pada tahun 2020. Sementara itu, pertumbuhan ekspor terbatas di mana hanya tumbuh 3%-5% yoy dalam tiga tahun terakhir dan hanya mencapai US$ 171 juta pada tahun 2020.

"Indonesia mengandalkan produk impor sebagian besar untuk alat kesehatan kompleks, sedangkan produk ekspor sangat terbatas. Kita punya segalanya di negara ini. Tapi, hampir seluruh impor alat kesehatan Indonesia terus meningkat, dengan urutan dari tertinggi adalah electrodiagnosis devices (US$ 87 juta), ultrasonic Scanning Devices (US$ 70 juta), dan needles, catheters, cannula & more (US$ 43 juta)," ujar Luhut dikutip dari siaran pers, Sabtu (4/12/2021).

Dalam hal ini, diketahui tren kesehatan global akan memacu pertumbuhan industri perawatan kesehatan. Sebab, ada perubahan permintaan konsumen, pertumbuhan kelas menengah, penemuan terapi baru, konsentrasi penyakit & peningkatan pandemi, fokus pada pengendalian biaya, inovasi digital & telemedis.

"Industri kesehatan di Indonesia memiliki potensi besar yakni naiknya pendapatan rumah tangga kelas menengah, dan kampanye perawatan kesehatan universal," ujarnya.



Tak ingin terus tergantung dari produk impor, Luhut mengatakan bahwa pemerintah membuka peluang untuk investasi di bidang kesehatan.

"Belajar dari pengalaman penanganan Pandemi Covid-19, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor sehingga Industri kesehatan adalah salah satu area prioritas untuk investasi. Dengan dukungan untuk pengembangan industri kesehatan, ragam ekspor akan meningkat dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah," kata Luhut.

Ia mencontohkan pengembangan industri hilir yang awalnya berasal dari ekspor bahan mentah yakni pengembangan baterai lithium (menggunakan mineral seperti nikel dan kobalt, dua komponen utama baterai EV).

"Ini sangat penting, kita sangat peduli mengenai ini. Karena kalau kita salah langkah, kita akan merusak generasi selanjutnya, dan saya tidak mau membuat kesalahan mengenai ini," ujarnya seraya berpesan kepada calon investor agar tidak takut untuk menanamkan investasi di Indonesia.

"Kita harus bangga jadi orang Indonesia, kita bukan negara second class, kita great country yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Jangan pernah mau dilecehkan orang lain," pungkasnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Impor 50 Ribu Konsentrator Oksigen & Dipinjamkan ke Rakyat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular