Industri Tak Turunkan Emisi, Ekspor RI Bisa Turun

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
01 December 2021 18:13
Presenting The Future of Carbon Market Indonesia, ICF 2021
Foto: Tangkapan Layar Presenting The Future of Carbon Market Indonesia, ICF 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Agar produk Indonesia agar dapat diterima secara global, ada beberapa persyaratan sustainability yang harus dipenuhi. Beberapa persyaratan tersebut seperti kecukupan pasokan, persyaratan harga yang kompetitif, memenuhi persyaratan standar makanan dan obat, dan juga termasuk pelestarian lingkungan

Adapun pengutamaan penerimaan produk, yakni produk industri yang rendah emisi perusahaan yang tidak melakukan deporting dan melakukan kebijakan pelestarian hutan, serta melakukan tata kelola persyaratan perubahan sesuai Internasional Labor Organization (ILO).

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Kementerian Perdagangan, Tirta Karma Senjaya mengatakan, jika tidak melakukan proses mendalam memitigasi risiko terkait dengan penurunan emisi karbon maka akan terjadi penurunan nilai ekspor.

"Dampak bagi Indonesia jika tidak melaksanakan penurunan emisi karbon yakni penurunan ekspor. Kementerian Perdagangan sebagai salah satu anggota komite pengarah dalam jalan nilai ekonomis karbon mempunyai peran dalam mengharmonisasi perdagangan karbon internasional dan domestik serta berupaya mencegah resiko terhadap perubahan iklim melalui perdagangan karbon di pasar terorganisir," ujar Tirta dalam acara Presenting The Future of Carbon Market Indonesia, ICF 2021, Rabu (1/12/2021).

Perdagangan karbon merupakan salah satu instrumen berbasis pasar untuk memitigasi perubahan iklim terutama dalam mewujudkan peran emisi karbon, beberapa negara di Asia, Eropa, dan Amerika telah menerapkannya.

Di kesempatan yang sama, Head of Carbon Market ICDX, Zulfal Faradis, mengungkapkan tantangan perdagangan karbon melalui bursa, yakni secara global dan nasional. Secara global, beberapa negara maju maupun negara berkembang sudah membentuk kerangka karbon melalui pasar yang terorganisir.

Terkait visi peluang, dirinya mengungkapkan Indonesia disebut negara yang termasuk kredit karbon dengan hutan yang besar. Menurutnya, ini menjadi kekuatan Indonesia di pasar karbon melalui pasar kriteria khususnya melalui bursa.

"Sudah dapat diimplementasikan secepat mungkin karena secara infrastruktur baik itu di perundang-undangan maupun di peraturan memang sudah terwadahi dengan baik, sehingga karbon ini di pasar global dianggap sebagai suatu komoditas karena memiliki kemiripan dan karakteristik yang hampir sama dengan komunitas pada umumnya," paparnya.

Secara nasional, Zulfal mengatakan merujuk kepada Peraturan Presiden nomor 98 tahun 2021 banyak Kementerian atau lembaga terkait yang terlibat yang bisa dijadikan pihaknya sebagai jalan untuk memberikan saran dan masukan pendapat pada para kementerian dan lembaga terkait agar nantinya perdagangan karbon dapat diimplementasikan dengan baik.

Sementara itu, di industri tekstil dan produk tesktil yang menyumbang emisi, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) mengaku telah melakukan langkah yang berbasis pada Paris Agreement. Langkah tersebut yakni mitigasi dan step untuk melakukan konversi ke energi hijau.

Vice President Director PBRX, Anne Patricia Sutanto, menuturkan pihaknya berfokus pada SDG school serta 'the Social compliance of our people' untuk pekerja dan untuk ekosistem di sekitar pabrik, karena ekosistem di sekitar pabrik juga sama pentingnya dalam converting energy.

"Industri tekstil dan garmen dunia ini memberi polusi dunia. Sebelum COVID-19, industri ini jadi yang kedua terbesar memberi polusi. Kita melakukan gerakan mengurangi polusi baik dari sisi konsumsi dalam hal prosesnya maupun dari sisi pengolahan air, plus juga bagaimana kita mengurangi emisi karbon jadi memang step itu yang di mitigasi," jelas Anne.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penggunaan EBT Jadi Upaya Kolektif, Simak Diskusinya di ICF

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular