
Solomon Membara, Kerusuhan Pecah karena Taiwan-China

Jakarta, CNBC Indonesia - Kerusuhan massal terjadi di Solomon, Kamis (24/11/2021). Massa dilaporkan melakukan aksi pembakaran ke objek vital negara di pasifik itu.
Mengutip Washington Post, massa yang emosi melakukan pembakaran ke sebuah pondok di dalam kompleks gedung parlemen di ibu kota Honiara. Dalam aksinya pendemo menuntut agar Perdana Menteri (PM) Manasseh Sogavare mundur dari jabatannya.
Langkah ini sempat dihalau oleh petugas kepolisian yang menembakkan peluru karet. Selain pondok di gedung parlemen, massa juga mulai membakar dan menjarah toko-toko yang dimiliki oleh warga keturunan Tionghoa.
"Itu adalah peristiwa yang menyedihkan dan tidak menguntungkan yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintah yang dipilih secara demokratis," kata PM Sogavare, diikuti Kamis (25/11/2021).
Akibat insiden ini, Sogavare mengambil langkah untuk melakukan penguncian nasional selama 36 jam ke depan. Ini untuk meminimalisir potensi mobilisasi massa lanjutan yang mengancam keamanan.
Kerusuhan ini sendiri berhulu dari konflik China dan Taiwan. Pada tahun 2019 lalu, pemerintah Solomon secara resmi menghentikan pengakuannya atas Taipei dan mulai berpindah kepada Beijing.
Langkah ini ditentang keras oleh warga di wilayah Malaita, yang merupakan wilayah asal para pengunjuk rasa. Pemimpin daerah Malaita, Daniel Suidani, sebelumnya berjanji akan membuat wilayahnya tidak terlibat dengan Beijing dan menghentikan izin usaha yang dimiliki oleh etnis Tionghoa di sekitar Malaita.
Langkah ini mendapat kecaman langsung dari Honiara. Konflik antara pemerintah pusat dan pihak Malaita sendiri juga meruncing pada Mei ketika Suidani mencari perawatan medis di Taiwan dan dicap usat sebagai kunjungan yang tidak sah.
Anggota Parlemen nasional dari Malaita mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan ketakutan atas protes yang terjasi. Sudiani diminta ikut meredam aksi massa yang telah merusak ketertiban itu.
"Kami menyerukan Suidani untuk mengingat rakyat kami, saudara-saudara kami dan anak-anak kami dari melakukan tindakan yang berpotensi berbahaya dan kekerasan," katanya.
Suidani mengatakan protes ini adalah hasil dari pemerintah mengabaikan kekhawatiran rakyat atas berbagai masalah. Ini termasuk peralihan diplomatik dan proyek infrastruktur.
"Apa pun yang pemerintah ingin orang-orang ketahui, mereka harus berdiri dan memberi tahu mereka," katanya kepada Guardian di tengah kerusuhan.
"Mereka tidak bisa lari dari masalah. Itu tidak akan menyelesaikan apa pun."
(tps/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Soloman Membara, Api dan Asap Kerusuhan di Mana-Mana