
Sri Mulyani & Misi RI Ikut Selamatkan Dunia pada KTT G20 Bali

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia secara resmi telah menerima estafet tongkat presidensi atau keketuaan G20. Indonesia tentunya bukan hanya akan menjadi tuan rumah, namun juga menjadi penggagas isu penting bagi dunia.
"Ini menjadi tanggung jawab besar untuk menciptakan kolaborasi global," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Squawk Box CNBC Indonesia TV, Kamis (25/11/2021)
KTT G20 akan diselenggarakan di Bali pada Oktober 2022. Tema yang akan diusung adalah Recover Together, Recover Stronger, atau Pulih Bersama, Pulih dan Menjadi Lebih Kuat. Ini bentuk respons dari kondisi sekarang, di mana negara-negara di dunia masih berusaha memulihkan diri dari dampak ekonomi yang disebabkan pandemi, yang diyakini masih akan terasa hingga tahun 2022 mendatang.
"Kita ingin ada suatu pemulihan bersama, ini menjadi tantangan besar," imbuhnya.
Dalam posisi sekarang, ada negara yang sudah berada di pintu keluar dari pandemi covid, yang ditandai dengan tingginya vaksinasi dan pemulihan ekonomi yang cepat seperti banyak negara maju. Akan tetapi sebagian negara juga ada di tengah jalan bahkan tertinggal jauh untuk sampai di pintu keluar. "Masih banyak negara yang masih butuh untuk mensupport ekonomi karena covid menciptakan dampak yang cukup dalam," jelasnya.
Isu penting lainnya akan diangkat adalah mengenai pembayaran digital, termasuk aset kripto. Kini ini menjadi permasalahan dunia karena berkembang sangat pesat. Beberapa negara bahkan ada yang lebih dulu menjatuhkan aturan ketat agar menahan laju kripto.
Pajak global juga tidak akan luput dari pembahasan. Apalagi dalam kondisi sekarang semua negara tengah berburu pajak setelah 2 tahun terakhir habis-habis menguras kantong bahkan menambah utang untuk pemulihan ekonomi. Cukup hangat diperbincangkan adalah mengenai pajak raksasa teknologi dunia.
Sri Mulyani menambahkan, isu perubahan iklim juga akan dibahas pada tahun depan, melanjutkan alotnya perdebatan yang terjadi pada pertemuan di Roma beberapa waktu lalu. Ini adalah persoalan untuk menyelamatkan dunia yang semakin panas, baik negara maju dan negara miskin. Negara maju memiliki komitmen untuk membantu pendanaan ekonomi hijau yang belum terealisasi.
"Indonesia akan memimpin agar topik ini mencapai kemajuan untuk financing negara-negara berkembang," paparnya.
Keseluruhan isu tersebut penting bagi dunia. Akan tetapi tentu masing-masing negara memiliki kepentingan agar kesepakatan yang dicapai tidak justru mengganggu perekonomian kelompok negara tertentu.
"Presidensi G20 bisa menciptakan suatu lingkungan dan untuk agreement agar negara-negara ini mau berkolaborasi. Banyak negara lebih memusatkan pada isu domestik yang menimbulkan ketegangan antara negara," tegas Sri Mulyani.
G20 adalah forum yang beranggotakan sembilan belas negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia plus Uni Eropa. Forum tersebut merepresentasikan 85% perekonomian global, 80% investasi global, 75% perdagangan internasional, dan 66% penduduk dunia. Dari Asia Tengara, hanya Indonesia yang berstatus sebagai anggota tetap.
G20 dibentuk tahun 1999 untuk merespons krisis keuangan Asia yang berdampak pada pasar keuangan di negara-negara maju. Inisiator forum percaya, krisis keuangan Asia menunjukkan bahwa emerging economies memiliki pengaruh sistemik yang signifikan dalam perekonomian global. Hal ini memunculkan kesadaran perlunya melibatkan emerging economies dalam forum tata kelola global.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Jadi Pemimpin G20, Ini Agenda yang akan Diperjuangkan