Serapan Tenaga Kerja "LPG" Batu Bara Cs Tak Sebanyak PLTU lho

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Selasa, 23/11/2021 12:15 WIB
Foto: Infografis/ Perjalanan PLN Pensiunkan PLTU Batu Bara/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat. Untuk mencapai target ini, salah satu langkah yang akan diambil adalah dengan menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara secara bertahap.

Agar batu bara tetap bisa terserap meski PLTU dipensiunkan, maka pemerintah pun mendorong proyek hilirisasi batu bara, salah satunya gasifikasi batu bara, yakni mengolah batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) atau "LPG" batu bara, sehingga nantinya ini bisa menggantikan LPG dan pada akhirnya mengurangi impor LPG.

Meski ada proyek hilirisasi batu bara, namun penyerapan tenaga kerja di proyek tersebut tidak akan sebesar dibandingkan saat beroperasinya PLTU.


Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli.

"Proyek hilirisasi tambang batu bara tidak akan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak PLTU atau industri batu bara saat ini," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (23/11/2021).

Seperti diketahui, produksi batu bara nasional tahun ini ditargetkan mencapai 625 juta ton dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat di industri batu bara ini sebanyak 150 ribu pekerja.

Saat ini menurutnya proyek hilirisasi batu bara di Indonesia masih berada di tahap yang sangat awal. Dia menyebut, setidaknya baru ada tiga proyek hilirisasi batu bara yaitu yang dikerjakan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Kaltim Prima Coal (KPC), dan PT Arutmin Indonesia.

"Masih memerlukan waktu beberapa tahun ke depan untuk pembuktian realisasi dan keberhasilannya," lanjutnya.

Lalu, berdasarkan proyeksi pengembangan dan pemanfaatan batu bara pada 2030, batu bara yang bisa diserap untuk keperluan domestik mencapai sebesar 259 juta ton dan meningkat pada 2040 sebesar 276 juta ton.

Dengan rerata tingkat produksi 600 juta ton, maka akan ada sebanyak 324- 341 juta ton batu bara yang harus diekspor atau dicarikan pasar baru.

"Apabila tidak termanfaatkan, maka hal ini akan menyebabkan sedikitnya sebanyak 88.500 orang akan kehilangan pekerjaannya," jelasnya.

Lebih lanjut dia meyakini jika industri pertambangan sendiri masih akan tetap exist ke depan, apabila program hilirisasi dapat berhasil dilaksanakan secara komersial.

Hal ini dikarenakan deposit batu bara di Indonesia masih sangat melimpah, terutama untuk jenis batu bara kalori rendah. Batu bara kalori rendah sangat cocok untuk program hilirisasi seperti gasifikasi, liquefaction (pencairan) maupun material maju lainnya.

"Tentunya skala pertambangannya tidak akan sebesar dan semasif skala pertambangan batu bara saat ini," tegasnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PLTU Bertambah, Energi Terbarukan Tetap Jadi Prioritas