Ramalan Baru Bencana Ekstrim Bumi buat Dunia di Ujung Tanduk
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian terbaru menguak perkembangan dunia dalam penanganan bencana perubahan iklim. Penelitian itu menyebut bahwa kondisi bumi mungkin saja lebih buruk dari yang ditetapkan dan didiskusikan oleh pemimpin dunia dalam ajang KTT COP26.
Dalam kesepakatan itu, negara-negara dunia berasumsi bahwa dunia mengalami pemanasan sekitar 2,2 C hingga 2,9 C. Di sisi lain, ilmuwan menguak bahwa kemungkinan pemanasan bumi bahkan bisa jadi lebih dari pada angka itu.
"Tetapi kemungkinannya sama bahwa hasilnya bisa naik sekitar 3 C, dalam hal ini diperlukan kebijakan yang lebih kuat," sebut direktur penelitian CICERO Glen Peters seperti dilaporkan AFP, Selasa, (23/11/2021).
Glen mengatakan bahwa asumsi ini sangat penting. Pasalnya dalam KTT COP26, negara dunia mengambil beberapa langkah-langkah untuk menurunkan kenaikan suhu di angka 1,5 C dengan prediksi bahwa pemanasan bisa berada di angka maksimum 2,9 C.
Namun apabila kenaikan suhu bumi lebih tinggi dari yang diasumsikan, maka dunia membutuhkan langkah yang lebih intens dan serius. "Kebijakan baru didasarkan pada ke mana kita sebenarnya menuju, bukan ke mana kita mungkin menuju jika tidak ada tindakan yang diambil," kata Peters.
Industrialisasi dan penggunaan energi fosil, seperti minyak, gas dan batu bara disalahkan sebagai sumber meningkatnya suhu bumi. Dalam forum COP26, ada beberapa poin yang disepakati untuk mencegah memburuknya perubahan iklim salah satunya tak akan membiayai lagi proyek energi fosil dan mengurangi penggunaan PLTU batu bara.
Bukan hanya itu, kendaraan dengan energi fosil seperti BBM juga akan digantikan listrik. Namun sejumlah negara besar yang terkait langsung termasuk perusahaan swasta yang memiliki andil di dalamnya, tidak ikut serta dalam penandatangan tersebut.
Sebelumnya, sejumlah efek perubahan iklim sudah dipublikasikan. Dari riset University of Leeds yang dipublikasikan di Jurnal Nature Communications misalnya, terlihat data satelit yang mendeteksi limpahan lapisan es Greenland.
Penelitian itu menyebutkan 3,5 triliun ton lapisan es Greenland telah mencair selama satu dekade terakhir. Ini telah menaikkan permukaan laut global sebesar 1 sentimeter (cm) dan meningkatkan risiko banjir di daerah pesisir di seluruh dunia.
Belum lagi data terbaru kerusakan paru-paru bumi, Hutan Amazon di Brasil. Terjadi deforestasi yang mencapai level tertinggi dalam 15 tahun.
Data yang dirilis pada Kamis oleh Institut Sistem Pemantauan Prodes Nasional untuk Luar Angkasa menunjukkan Amazon Brasil kehilangan 13.235 kilometer persegi hutan hujan dalam periode referensi 12 bulan dari Agustus 2020 hingga Juli 2021. Ini merupakan lonjakan sekitar 22% bila dibandingkan tahun sebelumnya.
(tps/sef)