Internasional

Lonjakan Infeksi Covid-19 di Eropa Bikin Gelisah WHO

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 November 2021 15:10
People walk in front of the Reichstag building with the German parliament Bundestag in Berlin, Germany, Wednesday, Nov. 17, 2021. Germany’s disease control agency has reported 52,826 new coronavirus cases as infection rates continue to climb and calls grow for fresh public health measures. The Robert Koch Institute said Wednesday that 294 more people had died in Germany of COVID-19 since the previous day.(AP Photo/Markus Schreiber)
Foto: AP/Markus Schreiber

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran gelombang infeksi Covid-19 baru di Eropa semakin mengkhawatirkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Direktur regional WHO untuk Eropa Dr Hans Kluge memperingatkan akan ada 500.000 lebih banyak kematian tercatat pada Maret 2022 jika blok tersebut tidak mengambil tindakan segera. Peringatan itu muncul saat beberapa negara di Eropa melaporkan tingkat infeksi tertinggi dan memberlakukan penguncian sebagian dan penuh.

"Covid-19 sekali lagi menjadi penyebab kematian nomor satu di wilayah kami," katanya kepada BBC International, dikutip Senin (22/11/2021).

Kluge mengatakan beberapa faktor, seperti musim dingin, cakupan vaksin yang tidak mencukupi dan dominasi regional dari varian Delta yang lebih menular, membuat lonjakan penyebaran kasus infeksi di Eropa.

Meski begitu, Kluge mengatakan tahu apa yang perlu dilakukan untuk memerangi virus. Dia mengatakan peningkatan pemakaian masker dapat segera membantu menekan kasus infeksi.

Selain itu, peningkatan penyerapan vaksin dan penerapan langkah-langkah kesehatan masyarakat dasar dan perawatan medis baru juga dapat membantu memerangi peningkatan infeksi tersebut.

"Sebelum itu, ada cara lain seperti Covid pass," katanya, menambahkan bahwa ini "bukan pembatasan kebebasan, melainkan alat untuk menjaga kebebasan individu kita."

Dari Austria Hingga Jerman dan Inggris

Austria menjadi negara Eropa pertama yang mengumumkan bahwa vaksinasi Covid-19 akan menjadi persyaratan hukum per Jumat (19/11/2021). Aturan baru akan mulai berlaku pada Februari 2022 setelah rincian tindakan selesai dibahas.

Pengumuman tersebut dilakukan setelah penguncian (lockdown) nasional dibuat sebagai tanggapan atas rekor jumlah kasus dan tingkat vaksinasi yang rendah.

Kanselir Austria Alexander Schallenberg mengatakan ini adalah keputusan yang sulit untuk diambil dalam masyarakat yang bebas.

"Namun itu adalah satu-satunya tiket keluar yang harus kita putuskan dari lingkaran setan ini," katanya.

"Ini masalah bagi seluruh masyarakat karena bahkan mereka yang divaksinasi, jika mereka tidak memiliki akses ke unit perawatan intensif karena mereka diblokir oleh mereka yang tidak divaksinasi dan jatuh sakit, maka mereka juga terpengaruh," tambahannya.

Senada dengan Austria, banyak negara Eropa lainnya juga memberlakukan tindakan baru ketika kasus meningkat. Republik Ceko dan Slovakia juga mengumumkan pembatasan baru pada orang yang tidak divaksinasi setelah ada rekor tingkat infeksi di seluruh benua.

Di Belanda, kerusuhan kekerasan meletus di Rotterdam atas diberlakukannya tindakan baru Covid-19. Ratusan pengunjuk rasa berkumpul untuk menunjukkan kemarahan mereka pada rencana pemerintah untuk lebih banyak pembatasan.

Di Jerman, Menteri Kesehatan Jens Spahn menggambarkan situasinya sebagai "darurat nasional" dan menolak untuk mengesampingkan penguncian nasional lainnya.

Sementara di Inggris, pemerintah secara konsisten mengatakan tidak memiliki rencana untuk penguncian. Namun mereka mengatakan akan memberlakukan rencana B, yakni langkah ekstra atas Covid untuk melindungi NHS.

Langkah ini akan mencakup paspor Covid wajib untuk beberapa tempat dalam ruangan, masker wajib dalam pengaturan dalam ruangan tertentu dan saran untuk bekerja dari rumah (work from home).


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO: Orang Terjebak 'Rasa Aman Palsu' Setelah Vaksin Covid

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular