Ada Fenomena Jutaan Truk di RI Jadi 'Zombie', Kenapa?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
22 November 2021 12:40
Antrean truk besar yang melintas di sepanjang jalur tol Jakarta-Cikampek
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini ada fenomena banyak sopir truk yang menganggur karena sepi order. Ada 60% kendaraan truk yang tidak beroperasi meski operasi truk minim larangan mobilitas selama pandemi.

Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan selama pandemi ini sektor logistik darat juga terpengaruh karena aktivitas perdagangan dan kegiatan konstruksi yang menurun. Sehingga ada 60% dari populasi total truk tidak berjalan.

"Begini kalau kita hitung prediksinya ada 6 juta truk di Indonesia menurut data kepolisian, jumlah truk yang tidak aktif kurang lebih 60%, berarti ada sekitar 3,6 juta mobil yang tidak jalan," katanya kepada CNBC Indonesia, (22/11/2021).

"Jadi sopir kita gilir, mobil juga digilir, ini bagian dari efisiensi saja," tambahnya.

Gemilang bercerita keuangan perusahaan sektor logistik darat juga ikut 'berdarah-darah', sehingga banyak kewajiban yang tidak bisa terbayarkan. Salah satunya adalah cicilan mobil, meskipun belum banyak kendaraan truk yang ditarik oleh perusahaan pembiayaan.

"Tahun lalu sempat ada kemudahan kebijakan OJK, postpone terhadap kewajiban utang pokok, hanya bayar bunganya saja. Tapi sekarang mulai efektif lagi, kewajiban ini mulai jalan kita ketar-ketir juga," katanya.

Dia meminta penundaan pembayaran kewajiban terus dilanjutkan, karena masih banyak pengusaha truk yang belum pulih meski sudah banyak supir truk yang sudah kembali bekerja karena produksi di pabrik sudah naik.

Saat ini juga terjadi masalah pada rantai pasok global, terutama pada usaha pelayaran antar benua. Dimana ruang kontainer sulit didapatkan karena jadwal pelayaran yang semakin sedikit, sehingga harga kontainer terus melambung tinggi.

Hal ini membuat banyak barang produksi tertahan digudang seperti furniture, kopi, makanan dan minuman, tekstil. Gemilang bercerita kelangkaan kontainer hanya bermasalah pada ekspor, sehingga tidak berdampak signifikan pada pengusaha truk yang banyak mengisi rute perdagangan domestik.

"Tentu berdampak tapi kecil. Kalau secara kuantitatif hanya 5%, karena biasanya perusahaan pelayaran juga sudah terkontrak dengan angkutan logistiknya secara tahunan," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Kemacetan Di Pelabuhan Priok Bisa Negatif Bagi PDB Lho

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular