Ternyata Impor Minyak Masih Selangit, Pantas Jokowi Kesal!

Lidya Julita S., CNBC Indonesia
22 November 2021 11:30
Pengarahan Presiden Jokowi kepada Komisaris dan Direksi Pertamina dan PLN
Foto: Pengarahan Presiden Jokowi kepada Komisaris dan Direksi Pertamina dan PLN, 16 November 2021. (Tangkapan Layar via Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kekesalannya terhadap dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor energi, yakni PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) pada saat memberikan pengarahan kepada komisaris dan direksi kedua BUMN tersebut di Istana Kepresidenan, Selasa (16/11/2021).

Di hadapan Menteri BUMN Erick Thohir, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama PLN Amien Sunaryadi, Jokowi mengungkapkan sederet masalah yang masih belum juga diselesaikan oleh kedua BUMN tersebut, salah satunya yaitu besarnya impor minyak.

"Sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak bisa menyelesaikan karena problem kita impor minyak kita besar sekali. Itu memengaruhi currency (nilai tukar) kita, kurs dolar kita karena setiap bulan, Pertamina harus menyediakan, harus beli dolar di pasar dalam jumlah yang tidak kecil, besar sekali," tutur Jokowi, seperti dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021).

"Oleh sebab itu, kita ingin mendorong yang namanya mobil listrik, dan kompor listrik, problemnya di situ ada. Itu tugas Bapak-Ibu sekalian untuk tahapannya seperti apa, mana yang bisa cepat, mana yang harus tahun depan, dan mana yang harus tahun depannya lagi," lanjutnya.

Presiden pun meminta agar kedua BUMN ini segera mencari teknologi yang paling murah dan utamanya menuju transisi energi ke energi yang lebih ramah lingkungan agar impor minyak ini juga bisa ditekan.

"Itu tugas saudara-saudara mencari teknologi yang paling murah yang mana, tugasnya ke situ. Dan ini adalah kerja cepet-cepetan karena siapa yang bisa mengambil peran secepatnya itu yang akan mendapatkan keuntungan," ujar Jokowi.

Eks Wali Kota Solo itu mengungkapkan, saat ini suplai energi tanah air masih didominasi batu bara 67%, disusul minyak 15%, dan gas 8%.

"Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN over supply, artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina jadi turun," kata Jokowi.

Lantas, berapa besarkah impor minyak RI saat ini? Simak Halaman Berikutnya..

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, impor minyak mentah RI selama Januari-Oktober 2021 tercatat mencapai 10,86 juta ton, naik 18,8% dibandingkan Januari-Oktober 2020 yang tercatat sebesar 9,14 juta ton.

Adapun total nilai impor minyak mentah selama 10 bulan dalam tahun ini tercatat sebesar US$ 5,31 miliar, melonjak 80% dibandingkan periode yang sama 2020 yang sebesar US$ 2,95 miliar.

Sementara untuk impor hasil minyak, termasuk Bahan Bakar Minyak (BBM) atau bensin, bahan bakar pesawat atau avtur, hingga diesel, selama Januari-Oktober 2021 tercatat mencapai 16,93 juta ton, hanya naik 0,5% dari periode yang sama 2020 yang tercatat sebesar 16,85 juta ton.

Namun secara total nilai, impor produk minyak selama Januari-Oktober 2021 ini tercatat mencapai US$ 10,63 miliar, melonjak 59,58% dari periode yang sama 2020 sebesar US$ 6,66 miliar.

Dari sisi impor bensin, impor untuk bensin dengan nilai oktan (RON) 90 ke atas seperti Pertamax tercatat sebesar 5,92 juta ton selama Januari-Oktober 2021, naik 55% dibandingkan periode yang sama 2020 sebesar 3,81 juta ton.

Sementara impor bensin dengan nilai oktan di bawah 90 seperti Premium tercatat sebesar 4,81 juta ton selama 10 bulan di 2021 ini, turun 19% dibandingkan periode yang sama 2020 yang tercatat lebih tinggi sebesar 5,97 juta ton.

Adapun impor bahan bakar pesawat, baik aviation gasoline (avgas) dan aviation turbine (avtur), selama Januari-Oktober 2021 tercatat sebesar 27.511,2 ton, anjlok 70% dibandingkan periode yang sama 2020 yang sebesar 92.962,5 ton. Secara nilai, impor avtur ini turun 39,3% menjadi US$ 16.96 juta dari US$ 27,94 juta pada periode yang sama 2020.

Sedangkan untuk impor bahan bakar diesel selama Januari-Oktober 2021 tercatat sebesar 2,77 juta ton, turun 18,5% dibandingkan 3,40 juta ton pada periode yang sama 2020. Namun secara nilai masih ada peningkatan 17,28% menjadi US$ 1,47 miliar pada Januari-Oktober 2021 dari US$ 1,25 miliar pada periode yang sama 2020.

Dari sisi impor LPG, selama Januari-Oktober 2021 tercatat mencapai 5,30 juta ton, naik tipis dari periode yang sama 2020 sebesar 5,24 juta ton. Namun secara nilai melonjak 53,24% menjadi US$ 3,19 miliar dari US$ 2,08 miliar pada Januari-Oktober 2020.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular