Bukan Kurangi Batu Bara, Begini Cara Australia Tekan Emisi
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah upaya dunia untuk menekan emisi karbon dengan cara mengurangi konsumsi batu bara, Australia memilih cara lain untuk turut berkontribusi dalam memerangi perubahan iklim.
Australia justru memilih untuk meningkatkan konsumsi bioenergi. Australia memperkirakan bioenergi dapat berkontribusi sekitar A$ 10 miliar atau setara US$ 7 miliar (Rp 99 triliun) terhadap ekonomi Australia pada 2030 mendatang.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Energi Australia Angus Taylor dalam keterangan resmi, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (19/11/2021).
Taylor mengatakan, saat ini pemerintah Australia tengah menyusun rencana untuk mempromosikan Bahan Bakar Nabati (biofuel) untuk membantu negara mencapai target netral karbon pada 2050.
Bioenergi, yang mencakup mengubah sampah organik dan limbah tanaman menjadi bahan bakar, saat ini menyumbang sekitar 3% dari total konsumsi energi Australia dan dapat tumbuh hingga 20% pada 2050-an, tetapi biaya produksi harus turun untuk mencapainya, ungkap Badan Energi Terbarukan Australia (ARENA).
ARENA memperkirakan industri biofuel ini dapat menciptakan 26.200 lapangan kerja dan membantu mengurangi emisi sekitar 9% dari tingkat 2019 pada 2030-an.
Dengan dana baru sebesar A$ 33,5 juta, ARENA menyusun rencana untuk mendukung proyek-proyek yang dapat menunjukkan di mana biofuel akan memiliki keunggulan komparatif dan mengidentifikasi hambatan untuk pengembangan biofuel.
Pemerintah Australia pun menyoroti bahwa pembangkit listrik, bahan bakar penerbangan dan kelautan dan gas adalah beberapa sektor di mana emisi karbon sulit dikurangi, sehingga ini menjadi potensi pasar untuk biofuel.
"Ini akan membantu menumbuhkan industri penerbangan dan kelautan yang kuat dan terkemuka di dunia yang kompetitif dan layak dalam jangka panjang," kata Menteri Energi Angus Taylor dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Jumat (19/11/2021).
ARENA menyebut, kemajuan dalam bahan bakar penerbangan berkelanjutan dapat membuatnya mencapai sekitar 18% dari pasar bahan bakar jet pada tahun 2030-an.
(wia)