
Kartu AS Joe Biden untuk Tekan Harga Minyak: SPR! Apaan Tuh?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia yang tinggi mendorong biaya bensin ritel Amerika Serikat (AS) menjadi $3,42 per galon, tertinggi dalam tujuh tahun. Akibatnya ekonomi Negeri Paman Sam makin 'panas' dengan inflasi Oktober tercatat 6,2% year-on-year (yoy), tertinggi dalam tiga dekade.
Tekanan inflasi dari sektor energi membuat pemerintahan Biden mempertimbangkan untuk memanfaatkan Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS untuk mendinginkan harga minyak. Pertimbangan ini dibuat buntut dari OPEC yang menolak meningkatkan produksi minyak.
OPEC+ masih kukuh dengan penambahan produksi harian sebesar 400.000 barel per bulan dan enggan menaikkan produksi.
Langkah lain Biden membahas kemungkinan pelepasan terkoordinasi persediaan minyak dengan sekutu dekat termasuk Jepang, Korea Selatan dan India, serta dengan China, selama beberapa minggu terakhir.
Bagian AS dari potensi pelepasan cadangan sendiri perlu lebih dari 20 juta hingga 30 juta barel untuk mempengaruhi pasar, menurut sumber AS yang berpartisipasi dalam diskusi. Rilis tersebut bisa dalam bentuk penjualan, pinjaman atau keduanya dari US Strategic Petroleum Reserve (SPR).
Namun analis mengatakan melepaskan SPR hanya akan menghasilkan efek jangka pendek di pasar, karena tidak akan meningkatkan kapasitas produksi AS. Sikap ini makin menyulitkan niat AS menurunkan harga minyak global.
SPR didirikan pada 1970-an setelah Embargo Minyak Arab untuk memastikan Amerika Serikat memiliki pasokan yang cukup untuk menghadapi keadaan darurat. Sementara Gedung Putih juga menolak mengomentari isi rinci percakapan dengan negara lain.
Cadangan saat ini menyimpan sekitar 606 juta barel di puluhan lokasi yang dijaga ketat di pantai Louisiana dan Texas. Itu cukup minyak untuk memenuhi permintaan AS selama lebih dari sebulan.
SPR dapat didistribusikan sebanyak 4,4 juta barel per hari. Hanya butuh 13 hari sejak keputusan presiden untuk pengiriman minyak pertama memasuki pasar AS, menurut Departemen Energi.
Departemen Energi biasanya mengadakan lelang online untuk penawaran minyak oleh perusahaan energi. Selain itu, badan energi juga menerima sistem SWAP, yaitu peminat mengambil minyak mentah tetapi harus mengembalikannya pada waktu yang dijanjikan, ditambah bunga.
Selain Amerika Serikat, 29 negara anggota lainnya di Badan Energi Internasional (IEA), termasuk Inggris, Jerman, Jepang, dan Australia, diharuskan menyimpan minyak dalam cadangan darurat yang setara dengan 90 hari impor minyak bersih. Jepang memiliki salah satu cadangan terbesar setelah China dan Amerika Serikat.
Secara keseluruhan, negara yang tergabung dengan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memiliki lebih dari 1,5 miliar barel minyak mentah pada September, menurut IEA. Jumlah itu sekitar 15 hari dari permintaan global sebelum pandemi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenaikan Harga Beras & Minyak Hingga IMF Bawa Kabar Baik