
Bukan China, Ramai-ramai Krisis Kini Hantam Eropa

Covid-19
Eropa kini menjadi episentrum Covid-19. Kenaikan kasus terjadi hampir di seluruh kawasan, terutama Jerman, Belanda, Belgia, dan beberapa negara Eropa Timur.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan membunyikan peringatan terbaru. Badan PBB itu menyebut bahwa Eropa menjadi satu-satunya wilayah dunia yangmengalami kenaikan angka kematian akibat Covid-19 saat ini.
Mengutip Straits Times, WHO mencatat bahwaEropa telah mencatat 28.304 kematian baru dalam seminggu terakhir. Sementara itu, dari 3,3 juta kasus baru Covid-19 yang dilaporkan secara global, 2,1 juta kasus berasal dari Eropa.
"Negara-negara di Eropa dengan jumlah kasus virus corona baru tertinggi adalah Rusia (275.579), Jerman (254.436) dan Inggris (252.905)," kata laporan WHO dikutip Kamis, (18/11/2021).
Direktur Jenderal WHO TedrosAdhanomGhebreyesusmengaku bahwa ini merupakan tanda-tanda bahwa masyarakat dunia harus tetap mematuhi protokol kesehatan meski telah menerima vaksin.
"Ini adalah pengingat lain, seperti yang telah kami katakan berulang kali, bahwa vaksin tidak menggantikan kebutuhan akan tindakan pencegahan lainnya", kata pria asal Ethiopia itu.
"Vaksin mengurangi risiko rawat inap, penyakit parah, dan kematian, tetapi tidak sepenuhnya mencegah penularan".
Para pemimpin Eropa pun memperkuat sikapnya pada orang-orang yang enggan divaksinasi di benua itu. Bahkan sejumlah langka isolasi akan dilakukan karena gelombang serangan Covid-19 yang makin mengkhawatirkan seiring masuknya musim dingin di kawasan tersebut.
Austria muncul lebih dulu sebagai negara yang me-lockdown penduduk yang enggan divaksin sejak Senin (15/11/2021). Hal yang sama juga dilakukan Jerman kepada orang-orang yang belum diinokulasi secara nasional.
Krisis Migran
Krisis migran juga memanas di Eropa. Bahkan ketegangan terjadi di perbatasan Polandia dan Belarusia terjadi Selasa (16/11/2021).
Pasukan keamanan Polandia dilaporkan bentrok dengan migran yang kebanyakan berasal dari Afrika, Timur Tengah dan Afghanistan, di perbatasan Belarusia. Dalam rekaman video para migran melempari petugas dengan batu sehingga membuat Polandia mengarahkan meriam air ke para pengungsi.
Dikutip dari Reuters, video juga menunjukkan bagaimana para migran melemparkan botol dan balok kayu ke tentara Polandia. Mereka menggunakan tongkat untuk mencoba menerobos pagar negara itu.
![]() Polish law enforcement officers stand guard behind a fence, as migrants attempt to cross the Belarusian-Polish border at Bruzgi - Kuznica checkpoint in the Grodno region, Belarus November 16, 2021. Leonid Scheglov/BelTA/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES. MANDATORY CREDIT. |
Rekaman yang dibagikan oleh juru bicara pemerintah dan Kementerian Pertahanan Polandia menunjukkan eskalasi lebih lanjut dari krisis di perbatasan tersebut. Di sana, migran berkumpul dalam jumlah yang terus meningkat sejak minggu lalu.
Kementerian Dalam Negeri Polandia mengatakan seorang polisi terluka parah akibat dilempari sebuah benda ke seberang perbatasan. Kini dia sedang berada di rumah sakit dengan tulang tengkorak yang diduga retak.
Tidak hanya itu, Kementerian Pertahanan Polandia sempat mencuit di Twitter bahwa pihak berwenang Belarusia telah memberikan granat suara kepada para migran. Alat ini digunakan untuk dilemparkan ke tentara dan penjaga perbatasan Polandia.
Sebagaimana diketahui, Belarusia menjadi tempat ribuan orang berkumpul untuk bermigrasi ke Uni Eropa (UE). Negara ini dituduh UE sedang mengacaukan blok dengan mendorong migran melintasi perbatasan secara ilegal.
Akibatnya, UE tengah mempersiapkan sanksi lebih lanjut terhadap Belarusia. Migrasi besar-besaran juga terjadi atas tindakan keras terhadap protes pemilihan kembali Presiden Alexander Lukashenko tahun lalu.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan dia sangat prihatin. Belarus dikatakannya membahayakan nyawa para migran yang tidak bisa masuk ke negara manapun.
Juru bicara pemerintah Polandia mengatakan pemerintah sedang mendiskusikan apakah akan meluncurkan konsultasi formal mengenai krisis tersebut dengan sekutu NATO. "Kami sedang mempersiapkan hasil yang pesimistis - bahwa konflik ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan," kata juru bicara Piotr Muller dalam konferensi pers.
Menurut pihak berwenang Polandia, lebih dari 20.000 anggota polisi, penjaga perbatasan dan tentara memperkuat perbatasan tempat para migran berkumpul di dekat kota Kuznica di Polandia. Diperkirakan 4.000 migran berada di perbatasan dan banyak yang mengatakan pihak berwenang Belarusia tidak mengizinkan mereka kembali ke Minsk.
Pemimpin partai berkuasa Polandia Jaroslaw Kaczynski mengatakan negaranya sedang menghadapi perang hibrida. "Kami memiliki perang hibrida, tetapi perang yang sebenarnya, dengan senjata, tidak ada di cakrawala kami. Kami menghadapi musuh yang tidak terduga," kata Kaczynski kepada radio publik Polandia.
Halaman 3 -- Ancaman Perang di Laut Hitam
(sef/sef)