Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 dan dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diterapkan, membuat masyarakat harus melakukan aktivitas dari rumah.
Pembatasan mobilitas masyarakat itu pun membuat, konsumsi masyarakat yang menjadi penopang perekonomian harus tertahan. Lantas apa penopang pertumbuhan ekonomi selama pandemi Covid-19 berlangsung?
Selama pandemi Covid-19, peran APBN sangat penting untuk melindungi masyarakat dan menggerakan roda perekonomian selama terjadi PPKM Darurat.
Perlahan, masyarakat mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru atau new normal, dan banyak melakukan aktivitas secara daring atau online melalui gadget.
Masyarakat kemudian menjadi terbiasa memenuhi kebutuhan sehari-harinya melalui online, baik itu untuk belanja, sekolah, bekerja, dan lain sebagainya.
Ekonomi juga pelan-pelan bangkit lagi, diakibatkan adanya vaksinasi Covid-19 yang diklaim pemerintah berhasil untuk menekan kasus penularan Covid-19. Hal ini yang kemudian juga membuat pemerintah perlahan untuk melonggarkan aturan PPKM.
Pada Kuartal I-2021, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi 0,71% (year on year/yoy). Kemudian ekonomi tumbuh signifikan pada Kuartal II-2021 menjadi 7,07%. Sementara, ekonomi Kuartal III-2021 tumbuh meski melambat sebesar 3,51%.
Pemerintah pun optimistis, di tengah melandainya kasus penularan Covid-19, pertumbuhan ekonomi pada Kuartal IV-2021 bisa tumbuh pada kisaran 5% hingga 6%. Sehingga sepanjang 2021 bisa tumbuh dengan dalam kisaran 3,7% hingga 4,5%.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-20021 tumbuh melambat akibat naiknya kasus harian Covid-19 varian Delta.
Adanya kasus varian Delta yang menular dengan sangat cepat, memaksa pemerintah menerapkan PPKM Darurat/Level sehingga menurunkan mobilitas dan tingkat permintaan masyarakat.
Andry melihat, sumber pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2021 adalah net ekspor dan investasi (PMTB) didukung oleh kuatnya permintaan dunia akan komoditas yang mengerek harga komoditas secara umum, terutama batubara dan CPO.
"Seluruh komponen pengeluaran pada PDB tercatat melambat pada Kuartal III-2021. Pembatasan mobilitas menyebabkan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah melambat palings ignifikan," ujarnya dalam laporan resminya, dikutip Kamis (18/11/2021).
Sementara tren kenaikan harga komoditas global akibat gangguan rantai pasokan dan krisis energi dunia masih mampu menjadi bantala bagi kinerja investasi dan ekspor.
Lima sektor yang masih mencatat pertumbuhan tertinggi pada Kuartal III-2021 adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial, pertambangan dan penggalian, informasi dan komunikasi.
Sektor lainnya yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, dan pengadaan air, Pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang.
"Pada sektor pertama pertumbuhan didukung oleh naiknya jumlah kunjungan pasien rumah sakit di tengah melonjaknya kasus harian Covid-19, sedangkan pada sektor kedua pertumbuhan didukung oleh tingginya
permintaan dunia terhadap batubara," jelas Andry.
Senada juga disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2021 yang melambat dari kuartal sebelumnya dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Yang keduanya merupakan motor utama penggerak ekonomi Indonesia," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Pada Kuartal IV-2021, Josua memandang perekonomian Indonesia diperkirakan akan kembali ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Meskipun, lanjut dia kinerja net ekspor juga akan tetap tinggi, tapi kontribusinya pada perekonomian Kuartal IV-2021 diperkirakan tidak akan setinggi kontribusinya pada perekonomian Kuartal III-2021.