Aset Negara Makin Gede, Pemerintah Lebih Gampang Narik Utang?

cap, CNBC Indonesia
Rabu, 17/11/2021 17:35 WIB
Foto: Yustinus Prastowo (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Yustinus Prastowo kembali menyinggung mengenai nilai aset kekayaan Indonesia yang mencapai hingga Rp 11.098 triliun. Menurut dia, nilai aset kekayaan suatu negara menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan investor dalam membeli surat utang negara, dalam hal ini SBN (Surat Berharga Negara).

Seperti diketahui, nilai aset kekayaan negara pada 2020 meningkat hingga mencapai Rp 11.098 triliun, atau dua kali lebih besar dari nilai utang pemerintah.

Yutinus, menjelaskan, nilai penambahan aset pemerintah salah satu faktornya terjadi, karena adanya revaluasi aset. Revaluasi aset, kata dia penting untuk mencerminkan nilai terkini aset pemerintah.


"Kenapa? karena pemerintah serius melakukan tata kelola aset negara agar laporan keuangan makin kredibel," jelas Yustinus dalam akun Twitter pribadinya, seperti dikutip Rabu (17/11/2021).

Revaluasi aset adalah penilaian kembali aset yang dimiliki suatu entitas sehingga mencerminkan nilai aset sekarang. Revaluasi ini sebenarnya dapat dilakukan tidak hanya untuk aset tetapi juga kewajiban dan bentuk kekayaan yang lain. Namun seringkali revaluasi dikaitkan dengan aset khususnya aset tetap.

Kemenkeu, melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) telah melakukan inventarisasi dan revaluasi aset. Diklaim Yustinus, banyak sekali aset negara yang tidak mencerminkan kondisi terkini. Hal tersebut, kata Yustinus, tidak baik untuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). "Maka dilakukan revaluasi sesuai metode penilaian yang lazim. Hasinya pun diadut BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) RI."

Terhadap LKPP 2020, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan. Penyajian kembali nilai aset sesuai hasil revaluasi tersebut berarti telah memenuhi standar.

Nah, aset yang sebesar Rp 11.098 triliun ini, kata Yustinus tentu sangat tepat mengambarkan potret perekonomian Indonesia terkini, yang bisa menarik investor ke dalam negeri.

"Kepercayaan investor membeli SBN lebih disebabkan indikator dan kinerja ekonomi Indonesia yang stabil. Bahwa aset pemerintah menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan tentu saja," ujarnya.

"Posisi aset memperkuat keyakinan investor bahwa pemerintah Indonesia punya potensi dan prospek yg semakin bagus di masa mendatang. Apalagi jika aset itu dikelola dengan baik dan produktif," kata Yustinus melanjutkan.

Manajemen tata kelola aset, kata Yustinus akan menjadi faktor penentu yang penting. Sebab, aset produktif akan mendatangkan revenue yang menopang APBN. Dimana diketahui bersama, APBN RI berasal dari penerimaan negara dan pembiayaan yang berasal dari utang.

Hal tersebut berkolerasi dengan semakin besarnya aset suatu negara, berarti semakin mudah negara untuk menarik investor untuk berinvestasi, juga untuk bisa menarik utang dalam jumlah yang besar.

"Aset-aset negara yang diadministrasikan dan dikelola dengan baik bisa menjadi tujuan investasi yang akan menciptakan dampak pengganda bagi perekonomian. Itu cara berpikir saya yang tidak statis dan positif dalam melihat fakta ini," jelas Yustinus.


(cap/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasar Ragu pada Ekonomi AS, Investor Asing Lirik RI