RI Siapkan 12 Pabrik Garap Harta Karun Terbesar ke-6 Dunia

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
13 November 2021 20:00
Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia, KEK Gresik, 12 Oktober 2021. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia, KEK Gresik, 12 Oktober 2021. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia tengah melakukan pembangunan 12 pabrik pengolahan (smelter) bauksit menjadi alumina. Langkah ini untuk memanfaatkan cadangan sumber daya alam bauksit.

Direktur Pembinaan Program Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sunindyo Suryo mengatakan, jika tuntas dibangun dan mulai beroperasi, kapasitas input bijih bauksit bisa melonjak menjadi 35 juta ton per tahun.

"Sedangkan, terdapat 12 pabrik pemurnian alumina yang masih dalam tahap konstruksi dengan kapasitas input bijih bauksit mencapai lebih dari 35 juta ton per tahun," ungkapnya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu yang lalu.

Diketahui, Indonesia memiliki cadangan bauksit terbesar keenam di dunia. Berdasarkan data Booklet Bauksit 2020 Kementerian ESDM, mengolah data USGS Januari 2020, jumlah cadangan bauksit Indonesia mencapai 1,2 miliar ton atau 4% dari cadangan bijih bauksit dunia yang sebesar 30,39 miliar ton.

Berdasarkan data Kementerian ESDM ini, jumlah sumber daya bijih terukur bauksit Indonesia mencapai 1,7 miliar ton dan logam bauksit 640 juta ton, sementara cadangan terbukti untuk bijih bauksit 821 juta ton dan logam bauksit 299 juta ton.

Adapun saat ini baru terdapat dua pabrik smelter bauksit dengan kapasitas input bijih sebesar 4.564.000 ton per tahun. Masing-masing dimiliki oleh Well Harvest Winning (WHW) Alumina dan Indonesia Chemical Alumina, dan satu smelter milik Inalum.

Dia mengatakan, dengan dibangunnya 12 pabrik pemurnian alumina yang baru, maka diharapkan akan bisa menyerap seluruh bijih bauksit yang diproduksi. Dengan demikian, produksi alumina dalam negeri pun dapat ditingkatkan hingga keseluruhan mencapai 13,9 juta ton per tahun.

"Dengan rincian, 1,3 juta ton berupa produk Chemical Grade Alumina (CGA) dan 12,6 juta ton berupa Smelter Grade Alumina (SGA)," lanjutnya.

Menurut Sunindyo, jika proyek terealisasi, diperkirakan cadangan bijih bauksit Indonesia bisa cukup untuk 78 tahun.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan hilirisasi industri akan dilakukan pada komoditas bauksit.

"Oleh sebab itu, tak hanya nikel saja, ke depan kita juga akan mulai untuk bauksitnya, mulai emasnya, tembaganya, hilirisasi sawitnya, sebanyak mungkin turunan-turunan dari bahan mentah itu bisa jadi minimal barang setengah jadi. Syukur-syukur bisa jadi barang jadi," paparnya.

Dia mengatakan, hilirisasi industri merupakan salah satu dari tiga strategi besar ekonomi negara di masa depan. Dua strategi besar lainnya yaitu digitalisasi UMKM dan ekonomi hijau.

"Ke depan strategi besar ekonomi kita, strategi besar ekonomi negara, ada tiga hal yang ingin saya sampaikan, pertama hilirisasi industri, kedua digitalisasi UMKM, dan ketiga kita harus mulai masuk ke ekonomi hijau," pungkasnya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Main-Main! Jokowi Tegas Stop Ekspor Nikel Tahun Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular