12 Pabrik Nikel Cs Bisa Mangkrak, Target Gak Akan Tercapai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong hilirisasi di sektor pertambangan, di mana sampai dengan 2024 ditargetkan akan ada 53 smelter yang beroperasi.
Dengan target 53 smelter beroperasi tersebut, maka artinya ini bertambah sebanyak 34 smelter baru dari yang sudah beroperasi pada 2020 sebanyak 19 smelter.
Akan tetapi, saat ini ada sebanyak 12 smelter yang mengalami masalah pendanaan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (10/11/2021), Ridwan mengatakan, dari 12 smelter yang mengalami masalah pendanaan, sebanyak delapan smelter di antaranya adalah smelter nikel.
"Masalah pendanaan ingin kami laporkan bagaimana kondisi di lapangan, setidaknya ada 12 perusahaan alami masalah pendanaan, delapan di antaranya smelter nikel," paparnya.
Menurutnya, anggaran yang dibutuhkan untuk membangun 12 smelter ini adalah sekitar US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 63,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per US$).
"Adapun dana pembangunan yang dibutuhkan berkisar US$ 4,5 miliar," lanjutnya.
Namun demikian, menurutnya pemerintah tidak tinggal diam atas masalah pendanaan ini. Kementerian ESDM berupaya mencari solusi dengan memberikan dukungan pada perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan dukungan pendanaan.
"Beberapa kegiatan misalnya one on one meeting jika ada kendala pasokan dan bantu susun info memo perusahaan smelter yang bisa ditawarkan ke calon investor dan calon perdana," lanjutnya.
Adapun 12 perusahaan yang mengalami kendala pendanaan di antaranya:
1. Gulf Mangan Grup (Mangan)
2. Bintang Smelter Indonesia (Nikel)
3. Macika Mineral Industri (Nikel)
4. Ang Fang Brothers (Nikel)
5. Teka Mining Resources (Nikel)
6. Mahkota Konaweeha (Nikel)
7. Arta Bumi Sentra Industri (Nikel)
8. Sinar Deli Bantaeng (Nikel)
9. Dinamika Sejahtera Mandiri (Bauksit)
10. Laman Mining (Bauksit)
11. Kalbar Bumi Perkasa (Bauksit)
12. Smelter Nikel Indonesia (Nikel)
Masalah yang dihadapi dalam pembangunan smelter tidak hanya pada pendanaan saja, namun menurutnya kendala yang dialami juga terkait dengan HGB, IMB, IPPKH, dan lainnya. Dia menyebut, ada lima perusahaan yang mengalami kendala pada perizinan.
Lalu ada juga kendala lahan, di antaranya terkait dengan pembebasan lahan, rencana tata ruang dan wilayah. Ada empat perusahaan yang mengalami kendala lahan.
Lebih lanjut Ridwan mengatakan, kendala lain yang banyak dialami adalah pasokan energi, khususnya terkait dengan penyediaan listrik dan kesepakatan harga.
"Dialami tujuh perusahaan, khususnya terkait dengan kondisi pandemi Covid, masalah mobilisasi alat kedatangan warga asing dan alih teknologi," jelasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Pengusaha Nikel Dukung Usulan Pembatasan Proyek Smelter
(wia)