RI Masih Kebagian 'Durian Runtuh' di 2022, Tapi Durian Kecil!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas internasional diramal alami penurunan pada 2022. Akan tetapi bila dibandingkan tahun lalu, harga masih lebih tinggi, sehingga pemerintah masih akan dapatkan 'durian runtuh'.
"Kami menilai paling tidak sepanjang harga komoditas masih berada pada level yang tinggi, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari naiknya harga komoditas tersebut mengingat ekspor Indonesia masih banyak terkait dengan komoditas," ungkap Ekonom Bank Permata Josua Pardede, Jumat (12/11/2021)
Komoditas batu bara, nikel, tembaga, logam hingga minyak kelapa sawit mengalami kenaikan harga sejak 2020. Bahkan mencapai level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Ini turut menambah penerimaan negara.
Dalam realisasi APBN, total penerimaan negara adalah Rp 1.354,8 triliun atau tumbuh 16,8%. Penerimaan alami peningkatan dengan realisasi pajak tumbuh 13,2% menjadi Rp 850,1 triliun (69,1%), bea cukai tumbuh 29% menjadi Rp 182,9 triliun (85,1%) dan PNBP tumbuh 22,5% menjadi Rp 320,8 triliun (107,6%).
Josua menjelaskan penurunan harga komoditas dikarenakan beberapa hal. Khususnya pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi covid-19 dan kebijakan negara maju.
"Harga komoditas ke depan diekspektasikan turun karena meredanya supply bottleneck dari produsen utama komoditas dunia dan penguatan USD yang mengakibatkan harga komoditas secara relatif menjadi lebih mahal bagi negara konsumen utama (negara berkembang) karena komoditas sebagian besar ditransaksikan dengan mata uang USD," jelasnya.
"Namun, kami perkirakan harga komoditas tidak akan kembali ke level terendah pada tahun 2020, dan paling tidak kami perkirakan harga komoditas masih relatif tinggi hingga kuartal I 2022," terang Josua.
(mij/mij)