
Tinggalkan Batu Bara, Siap-Siap RI Kehilangan Puluhan Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia tidak main-main untuk segera keluar dari bisnis batu bara demi mengejar netral karbon atau net zero emission pada 2060 mendatang atau lebih cepat.
Sampai 2060 diperkirakan konsumsi batu bara akan berkurang 175-190 juta ton per tahun atau setara dengan Rp 25 triliun per tahun.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli.
Dia mengatakan, perkiraan anjloknya konsumsi batu bara ini karena Pembangkit Listrik Batu Bara (PLTU) semakin ditinggalkan, sehingga juga berdampak pada pengurangan penerimaan negara dari sektor pertambangan batu bara.
Oleh karena itu, menurutnya pemerintah dinilai harus memacu hilirisasi batu bara untuk menggantikan hilangnya pasar.
"Sampai 2060 diperkirakan pemakaian batu bara akan berkurang sebesar 175-190 juta ton atau sekitar Rp 25 triliun. Pemerintah harus memacu tumbuhnya hilirisasi batu bara," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (11/11/2021).
Dia menjelaskan, konsumsi batu bara dalam negeri secara global masih kecil. Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi batu bara Indonesia baru sekitar 2,2% dari total porsi konsumsi batu bara dunia, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan China yang memiliki porsi 54,3%, India 11,6%, dan USA 6,1%.
"Indonesia masih jauh lebih rendah pemakaian batu baranya," ujarnya.
Sebagai pengganti kehilangan pendapatan dari sektor batu bara ini, maka menurutnya pemerintah harus mencari alternatif pengganti sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari industri lainnya untuk mendukung pembangunan nasional.
"Ini juga akan berdampak kepada pengurangan lapangan kerja, baik tenaga kerja langsung atau tidak langsung, dari pertambangan batu bara. Ini harus dicarikan jalan keluarnya," imbuhnya.
Sebelumnya, Muhammad Wafid, Direktur Penerimaan Mineral dan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan PNBP di sektor pertambangan didominasi oleh batu bara.
"Insya Allah bisa (PNBP melebihi target), batu baranya kira-kira 75-80% dari total PNBP," paparnya.
Tahun ini PNBP pertambangan mineral dan batu bara telah mencapai rekor tertinggi setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Hingga 11 November 2021, PNBP Minerba, berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, tercatat mencapai Rp 59,62 triliun. Jumlah ini setara dengan 152% dari target yang ditetapkan pada awal tahun sebesar Rp 39,10 triliun.
Adapun target produksi batu bara nasional pada 2021 ini sebesar 625 juta ton, dengan penyerapan domestik ditargetkan sebesar 137,5 juta ton.
Pada 2020 lalu Indonesia memproduksi sekitar 558 juta ton batu bara, di mana konsumsi batu bara di dalam negeri hanya mencapai sekitar 132 juta ton. Ini artinya, konsumsi batu bara untuk kepentingan domestik sekitar 24% dari total produksi batu bara nasional.
Berikut Rincian PNBP sektor Minerba dalam 10 tahun terakhir berdasarkan data MODI:
1. Tahun 2012 sebesar Rp 24,01 triliun
2. Tahun 2013 sebesar Rp 28,41 triliun
3. Tahun 2014 sebesar Rp 35,47 triliun
4. Tahun 2015 sebesar Rp 29,63 triliun
5. Tahun 2016 sebesar Rp 27,15 triliun
6. Tahun 2017 sebesar Rp 40,62 triliun
7. Tahun 2018 sebesar Rp 49,63 triliun
8. Tahun 2019 sebesar Rp 44,92 triliun
9. Tahun 2020 sebesar Rp 34,65 triliun
10. Tahun 2021 sebesar Rp 59,62 triliun (data terakhir per 11 November 2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Benci Tapi Rindu, Batu Bara Jadi Lapangan Kerja Banyak Orang
