9,2 GW PLTU Stop, Konsumsi Batu Bara Drop Lebih 30 Juta Ton!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
11 November 2021 11:55
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target ambisius memensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara sebesar 9,2 Giga Watt (GW) sebelum 2030, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Target ini jauh lebih tinggi dari rencana PT PLN (Persero) yang berencana memensiunkan PLTU sebesar 1 GW pada 2030. Juga masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang disebutkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar 5,5 GW.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, target memensiunkan 9,2 GW PLTU bisa berdampak pada pengurangan konsumsi batu bara hingga 32 juta ton.

"Untuk penghentian 9,2 GW PLTU batu bara akan berdampak kepada pengurangan sekitar 32 juta ton batu bara atau sekitar Rp 4,3 triliun," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (11/11/2021).

Menurutnya, pengurangan konsumsi batu bara hingga 32 juta ton belum bisa tergantikan dengan program hilirisasi batu bara. Seperti diketahui, program hilirisasi batu bara yang saat ini didorong oleh pemerintah adalah proyek gasifikasi, yakni mengolah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) yang nantinya bisa digunakan untuk substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG).

"Jumlah pengurangan tersebut belum dapat diisi oleh program hilirisasi batu bara yang dicanangkan untuk DME dan methanol yang diperkirakan sekitar 18-20 juta ton sampai tahun 2030," jelasnya.

Indonesia pada 2020 lalu memproduksi sekitar 558 juta ton batu bara, di mana konsumsi batu bara di dalam negeri hanya mencapai sekitar 132 juta ton. Ini artinya, konsumsi batu bara untuk kepentingan domestik sekitar 24% dari total produksi batu bara nasional.

Adapun konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik pada 2020 mencapai sekitar 104,8 juta ton. Artinya, sekitar 79% konsumsi batu bara nasional memang ditujukan untuk pembangkit listrik.

Sementara tahun 2021 ini produksi batu bara nasional ditargetkan melonjak menjadi 625 juta ton, di mana konsumsi domestik diperkirakan menyentuh 137,5 juta ton.

Seperti diketahui, upaya pemerintah memensiunkan PLTU 9,2 GW adalah untuk mendukung gerakan komunitas global mengurangi emisi CO2 agar perubahan iklim dapat terkendali. Menurutnya, kebijakan ini tidak serta merta diikuti oleh pengurangan produksi batu bara.

"Indonesia sebagai salah satu produsen batu bara dan saat ini adalah negara pengekspor batu bara terbesar di dunia, sudah tentu akan memperhitungkan secara cermat bagaimana transisi energi fosil menjadi energi baru terbarukan dengan melihat capaian energi baurannya," paparnya.

Menurutnya, batu bara masih bisa digunakan sebagai energi primer, namun bukan untuk jangka panjang. Penggunaan batu bara sebagai energi primer harus dibarengi dengan penggunaan teknologi pembangkit Ultra Supercritical (UCS) pada pembangkit listrik untuk dapat mengurangi emisi CO2 secara signifikan.

"Penerapan dan penggunaan teknologi High Efficiency and Low Emission (HELE), Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) juga dapat dilakukan sebagai alternatif mengurangi emisi pada pembangkit listrik berbasis batubara," lanjutnya.

Tahun ini saja pemerintah masih menargetkan produksi batu bara sebesar 625 juta ton, naik 75 juta ton dari proyeksi awal 550 juta ton. Dia menjelaskan kenaikan produksi batu bara ini tidak hanya dipicu oleh harga yang sedang bagus, namun juga pemerintah membutuhkan devisa dalam bentuk dollar untuk mengurangi Current Account Deficit (CAD).

Selain itu, penambahan produksi batu bara tahun ini menurutnya juga untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Namun, rencana pengurangan emisi karbon ini akan dilakukan secara bertahap tak lain untuk mencapai target netral karbon atau net zero emission Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.

Seperti diketahui, PLN dalam RUPTL 2021-2030 sudah membuat road map untuk pengurangan PLTU berbasis batu bara, dimulai pada 2025 akan menggantikan PLTU dan PLTMG dengan pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 1,1 GW, lalu memensiunkan PLTU Subcritical tahap I sebesar 1 GW pada 2030. Kemudian, PLN juga berencana memensiunkan PLTU Subcritical tahap II pada 2035 sebesar 9 GW, 2040 10 GW, 2045 24 GW dan gradual sampai 2055 sebesar 5 GW.

Sehingga, Indonesia bisa mencapai netral karbon pada 2060.

Rizal menyebut, target RI dalam mencapai netral karbon ini lebih cepat daripada yang ditargetkan India pada 2070 karena India masih mementingkan kebutuhan energi dari batu bara untuk pertumbuhan ekonomi industri. Sementara China juga punya target yang sama seperti Indonesia yakni netral karbon pada 2060.

"Pengurangan emisi ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil (minyak bumi dan batu bara) secara signifikan untuk digantikan oleh energi baru terbarukan," ucapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DPR Cecar Stok Batu Bara PLN Kritis ke Menteri ESDM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular