Jadi Tuan Rumah G20, RI Bisa Dapat 'Cuan' Rp 7,7 T

Lidya Julita, CNBC Indonesia
11 November 2021 13:41
Presiden Jokowi dan rombongan terbatas menunggu dimulainya KTT G20 di hari kedua dengan bertemu beberapa tokoh yang hadir antara lain Menteri Keuangan Belanda, dan Dirjen WHO. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)
Foto: Presiden Jokowi dan rombongan terbatas menunggu dimulainya KTT G20 di hari kedua dengan bertemu beberapa tokoh yang hadir antara lain Menteri Keuangan Belanda, dan Dirjen WHO. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pelaksanaan G20 di Indonesia pada tahun depan akan memberikan banyak keuntungan. Salah satunya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Ia menyebutkan, menjadi tuan rumah pelaksanaan G20 bisa memberikan nilai tambah hingga US$ 533 juta atau setara Rp 7,72 triliun (kurs Rp 14.500/US$) ke Produk Domestik Bruto (PDB).

"Acara ini akan menciptakan US$ 533 juta pada PDB kami," ujarnya dalam webinar Road to G20, Kamis (11/11/2021).

Adapun gelaran G20 yang akan dilaksanakan di Bali ini dikatakan akan memberikan keuntungan bagi Indonesia terutama dari sisi konsumsi. Sehingga pelaksanaan ini akan ikut membantu kebangkitan pulau dewata.

Dari perhitungan Kementerian Keuangan, penambahan dari sisi konsumsi domestik bisa mencapai US$ 119,2 juta. Ini adalah konsumsi yang berasal dari Kementerian/Lembaga.

Sebab, Presidensi G20 tahun depan menyelenggarakan sekitar 150 pertemuan yang berlangsung di berbagai kota di Indonesia yang dilakukan oleh K/L.

"Kami mengharapkan dampak penyelenggaraan G20 di banyak kota oleh banyak kementerian dan organisasi akan meningkatkan konsumsi domestik sebesar US$ 119, 2 juta," jelasnya.

Di sisi lain, ia menyebutkan pada Presidensi G20 nanti ada tiga pilar utama yang akan menjadi pembahasan. Pilar pertama adalah mempromosikan ekonomi global yang produktif dan seimbang termasuk terkait akses terhadap vaksin serta penerapan transformasi digital khususnya bagi UMKM.

Pilar kedua, meningkatkan ketahanan stabilitas sistem keuangan dan moneter lebih besar dan kuat lagi sehingga memiliki kesiapan menghadapi pandemi lainnya. Ini menjadi topik paling penting untuk mengatasi risiko volatilitas modal yang berlebihan bagi Indonesia.

Pilar ketiga, membahas bagaimana memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Ini penting untuk meningkatkan kinerja perekonomian dunia.

"Kami percaya kami dapat mencapai pertumbuhan berkelanjutan dengan mempromosikan keuangan berkelanjutan dan menilai dampak lingkungan terhadap akses keuangan sambil mempromosikan inklusi keuangan," tegasnya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Janji Menlu: RI tak Hanya Perhatikan Kepentingan Anggota G20

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular