Diteken di UEA, Air Products Deal Investasi DME di RI Rp213 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong hilirisasi sektor pertambangan demi meningkatkan nilai tambah. Untuk menyukseskan hilirisasi, investasi di sektor ini pun terus dikejar.
Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia telah meraih komitmen investasi sekitar US$ 13 miliar-US$ 15 miliar atau sekitar Rp 185 triliun sampai Rp 213 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per US$) dari Air Products and Chemicals Inc (APCI).
Komitmen investasi Air Products ini tak lain untuk proyek hilirisasi pertambangan batu bara yang akan mengolah batu bara berkalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME), methanol atau produk kimia lainnya untuk menggantikan LPG.
Hal ini tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani antara BKPM dan APCI pada pekan lalu, Kamis (04/11/2021) di Dubai, UEA, dan disaksikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
"Arahan Pak Presiden yang disampaikan dalam visi besarnya salah satu poinnya transformasi ekonomi, kita artikan industrialisasi ciptakan nilai tambah agar batu bara gak hanya kirim-kirim terus," ungkapnya saat konferensi pers, Kamis (11/11/2021).
Sebagai langkah konkret dari Nota kesepahaman dengan Kementerian Investasi/BKPM ini, Air Products juga langsung menandatangani Nota Kesepahaman dengan BUMN dan perusahaan nasional.
Di antaranya proyek batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) antara PT Indika Energy Tbk dan APCI, proyek gas alam menjadi amonia biru antara PT Butonas Petrochemical Indonesia dan APCI, proyek batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) antara PT Batulicin Enam Sembilan dan APCI. Serta, proyek gasifikasi batu bara untuk produksi metanol antara PT Bukit Asam dan APCI.
"Maka Air Products dengan beberapa BUMN kita dan swasta nasional hilirisasi dalam rangka dapatkan pengganti LPG dari batu bara DME. Ini kita lakukan karena impor kita sampai 5-6 juta, cadangan devisa keluar tidak kurang dari Rp 55-70 triliun," jelasnya.
Dengan melakukan substitusi impor LPG, maka Indonesia akan mendapatkan kedaulatan energi, neraca perdagangan bisa dijaga, dan akan menciptakan lapangan kerja serta nilai tambah.
Lebih lanjut dia mengatakan, hilirisasi ini menjadi sektor prioritas karena substitusi impor LPG ini penting untuk menjaga devisa negara.
"Bidang apa saja, Alumina juga di Sumatera Utara, dengan EGA (BUMN Aluminium UEA) US$ 1,6 billion, kemudian batu bara DME, metanol juga kita masih impor 400 ribu. Ini proses yang percepat kurangi impor-impor," paparnya.
Untuk diketahui, Air Products and Chemicals merupakan perusahaan besar di bidang pengolahan gas dan kimia asal Amerika Serikat yang telah berdiri sejak 1940.
Air Products mengembangkan, membangun, memiliki, dan mengoperasikan beberapa proyek gas industri terbesar di dunia, termasuk proyek gasifikasi yang secara berkelanjutan mengubah sumber daya alam yang melimpah menjadi syngas (synthetic natural gas) untuk produksi tenaga, bahan bakar, dan bahan kimia bernilai tinggi.
Dengan lebih dari 19.000 karyawan dan beroperasi di 50 negara, Air Products mensuplai kepada berbagai jenis industri mulai dari industri makanan dan minuman hingga industri medis, energi, dan transportasi.
(wia)