Rencana Ambisius RI Setop PLTU Diminta Dikaji Ulang, Kenapa?

News - Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 November 2021 18:30
PLTU Tanjung Jati B (Dok. PLN) Foto: PLTU Tanjung Jati B (Dok. PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target ambisius dalam memensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menargetkan 9,2 Giga Watt (GW) PLTU akan dihentikan sebelum 2030.

Target ini jauh lebih tinggi dari rencana PT PLN (Persero) yang hanya sebesar 1 GW pada 2030. Bahkan, juga masih lebih tinggi dari yang diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar 5,5 GW.

Namun, Mantan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran menyarankan agar rencana ini dikaji ulang. Menurutnya, rencana memensiunkan PLTU hingga 9,2 GW belum tentu tepat dan perlu kajian komprehensif.

"Saya berpendapat sebenarnya pemikiran percepatan pensiunkan PLTU belum tentu tepat, harus ada kajian komprehensif," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (08/11/2021).

Dia mempertanyakan jika PLTU dipensiunkan di Jawa, apakah ada pembangkit yang bisa menggantikan dengan kapasitas sebesar itu. Sumber energi baru terbarukan (EBT) dari panas bumi sudah tidak banyak lagi di Jawa dan pembangkit hidro juga terbatas.

Menurutnya, ke depan permintaan listrik masih akan tumbuh. Saat ini permintaan listrik masih di kisaran 1.100 kilo Watt hour (kWh) per kapita. Namun ke depannya diperkirakan bisa naik menjadi 2.000-2.500 kWh per kapita.

"Kalau di Jawa (pasokan listrik) ditekan, kalau demand naik jadi 2.000-2.500 kWh per kapita, maka harus siapkan pembangkit continues gak bisa intermittent (berjeda). Coba bandingkan saja dengan China dengan penduduk 1,5 miliar punya 1.000 GW pembangkit batu bara," ucapnya.

Dia berpandangan, yang perlu didorong saat ini adalah di sisi hilirnya. Jangan sampai nanti pemerintah mendorong EBT, tapi komponen listriknya masih banyak dipenuhi dari pasar impor.

"Sudah waktunya transisi energi, drive ekonomi hilir, dorong industri dalam negeri, jangan bikin EBT impor lagi," ucapnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut, rencana penghentian PLTU ini guna mencapai tujuan ekonomi rendah karbon dan net zero emission atau netral karbon di mana Indonesia menargetkan bisa mencapai netral karbon pada 2060 atau lebih cepat.

"Dengan mempertimbangkan peralihan lanskap energi global menuju ekonomi rendah karbon dan Net Zero Emission (NZE), Indonesia melakukan exercise kembali yaitu sekitar 9,2 Giga Watt (GW) Pembangkit Listrik Tenaga Uap dapat diberhentikan lebih awal sebelum tahun 2030," tuturnya, seperti dikutip dari laman Instagram resmi Kementerian ESDM @kesdm, Minggu (07/11/2021).


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jika PLTU Batu Bara 'Kiamat', Ini yang Bakal Terjadi pada RI


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading