Tanda-Tanda 'Kiamat' Batu Bara Dunia di Depan Mata!

Feri Sandria & Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
07 November 2021 06:40
Xi Jinping. (REUTERS/Jason Lee)
Foto: Xi Jinping. (REUTERS/Jason Lee)

Akhir September lalu, di depan Majelis Umum PBB Presiden China Xi Jinping menyampaikan pengumuman yang menghantam industri fosil, khususnya batu bara, di mana Xi membuat komitmen baru terkait kebijakan iklim untuk menangani pemanasan global.

Dalam sidang tersebut Xi menegaskan bahwa China tak akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara lagi di luar negeri. Sebelumnya, telah diketahui melalui pendanaan Belt and Road Initiative (BRI), China berinvestasi di sejumlah proyek PLTU di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ia juga berjanji akan mempercepat upaya China untuk mencapai netralitas karbon di 2060. Termasuk mendukung negara berkembang mengembangkan energi hijau dan rendah karbon.

Keputusan tersebut sejalan dengan ambisi China untuk menjadi pemimpin dalam upaya adopsi energi terbarukan yang ramah lingkungan. Semenjak Presiden Trump memutuskan Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris, China mulai mengambil peran signifikan dalam upaya masyarakat dunia meredam pemanasan Global.

Meski Presiden Biden telah membalikkan keputusan Trump dan kembali bergabung, AS masih belum mampu meruntuhkan dominasi China. Kebijakan baru Xi Jinping dan pemerintah China tersebut tentu mendapat dukungan dari berbagai negara dan menumbuhkan optimisme masyarakat dunia.

Sebelumnya, pada Juni 2021 International Renewable Energy Agency (IRENA) telah menandatangani nota kesepakatan baru dengan Kementerian Ekologi dan Lingkungan China untuk mempromosikan netralitas karbon melalui energi terbarukan.

Kerja sama ini akan memusatkan percepatan pengembangan energi terbarukan yang memungkinkan janji China untuk mencapai puncak emisi karbon sebelum tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon sebelum 2060.

China adalah pemimpin dalam penyebaran energi terbarukan, mewakili lebih dari 40% dari total sebaran energi terbarukan global.

Biaya daya yang rendah, rantai pasokan yang matang, dan sumber daya terbarukan dengan kualitas baik menempatkan China pada posisi menjanjikan untuk menggunakan energi terbarukan sebagai pilar sistem energinya. IRENA memperkirakan bahwa energi terbarukan memiliki potensi memasok lebih dari 90% kebutuhan listrik China pada tahun 2050 dengan lebih dari 60% bersumber dari matahari dan angin.

(tps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular