Ekonomi Melambat, RI Tertinggal dari Singapura dan Korsel!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
05 November 2021 16:19
Infografis: Indonesia Masuk Jurang Resesi, Terus Aku Kudu Piye?
Foto: Infografis/Indonesia Masuk Jurang Resesi, Terus Aku Kudu Piye?/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Kuartal III-2021, ekonomi Indonesia tidak lagi meroket seperti kuartal sebelumnya. Hantaman covid-19 varian delta sejak Juli, membuat ekonomi kembali melambat dengan realisasi mencapai 3,51% (year on year/yoy).

Dibandingkan dengan beberapa negara kawasan, ekonomi Indonesia memang cukup tertinggal. China juga alami perlambatan, tapi masih tumbuh lebih tinggi yaitu 4,9%. Sama seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

Singapura, ekonominya tumbuh masih amat tinggi dengan realisasi 6,5%. Begitupun Korea Selatan 4%, Hong Kong 5,4% dan Eropa 3,9%.

Negara dengan capaian lebih buruk dari Indonesia adalah Vietnam dengan kontraksi 6,17%. Persoalan Vietnam adalah lonjakan kasus covid-19 varian delta. Padahal sebelumnya negara tersebut mampu mengendalikan covid.

"Di Vietnam ini selama Juli-September kemaren ada pengetatan mobilitas yang membuat kontraksi 6,2%," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat (5/11/2021)

Beruntungnya Indonesia ketiban 'durian runtuh', sehingga perlambatan ekonomi masih terbatas.

"Pertumbuhan ekonomi tertinggi ada di impor, 30,11% dan diikuti ekspor 29,16%. Perdagangan Internasional mendominasi pertumbuhan ekonomi kalau dilihat pengeluaran," ungkapnya.

Lonjakan ekspor terjadi selain karena membaiknya ekonomi negara mitra utama dagang Indonesia, juga ditopang oleh kenaikan harga komoditas yang sering disebut 'durian runtuh'. Khususnya minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batu bara, tembaga, besi dan baja serta lainnya.

Sementara impor turut meningkat, khususnya pada kelompok mesin dan peralatan. "Jadi net ekspor 1,23% menopang pertumbuhan di kuatal III," ujarnya.

Selain itu, ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi rumah tangga dengan 1,03%, konsumsi pemerintah 0,66% dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3,74%.

"PMTB tumbuh tinggi, ini karena realisasi belanja modal pada kuartal III-2021 masih tumbuh 32,45% dibandingkan tahun lalu," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OECD Ikut Pangkas Proyeksi Ekonomi Dunia 2022 Menjadi 3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular