Harga Batu Bara Bak Roller Coaster, Ini Prediksi Masa Depan

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Rabu, 03/11/2021 13:25 WIB
Foto: Buruh memuat batu bara ke truk di dekat Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pemimpin dunia sudah bersepakat dalam menggunakan energi hijau dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Hal ini sudah menjadi kesepakatan, teranyar dalam pertemuan COP-26 di Glasgow Inggris. Alhasil, harga energi fosil seperti batu bara diperkirakan bakal anjlok dalam jangka panjang.

"Baru-baru ini ada Climate Forum dimana transformasi energi ke energi baru terbarukan jadi keniscayaan itu pasti terjadi. Kalau sekarang supply-demand nggak cocok sehingga kembali ke fosil, itu dampak sementara," kata Head of Research Henan Puithrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy dalam Investime CNBC Indonesia, Selasa (2/11/21).

Dampak sementara yang terjadi saat ini memang sangat menguntungkan batu bara, dimana harga komoditas ini mencapai rekor tertinggi pada awal bulan lalu mencapai US$ 280/ton. Angka ini naik hingga 5x lipat dari waktu normal.


"Ke depan pemimpin dunia sepakat agar energi lebih besar ke energi baru terbarukan, kita yakin supply-demand energi fosil akan ada ekuilibrium baru. Sudah jadi keniscayaan pemimpin dunia sepakat porsi EBT harus naik demi meredam perubahan iklim. Ke depan energi fosil berkurang di jangka panjang," kata Robertus.

Namun, proses itu tidak akan berlangsung secara cepat, melainkan butuh waktu bertahun tahun hingga mencapai kondisi ideal. Sejumlah perusahaan di sektor ini pun sudah mulai terlihat berbenah dan menyambut era energi hijau.

"Kita lihat beberapa emiten pertambangan batu bara dan fosil lain mulai alokasikan capex untuk membangun solar panel atau ekspansi ke gasifikasi," sebutnya.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional