
Biden Serang China-Rusia & Sebut Gagal, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden 'menyerang' China dan Rusia. Ia mengatakan kedua negara itu telah gagal.
Ini merujuk ke kepemimpinan China dan Rusia di KTT iklim PBB. Kritikan diberikan Biden akibat absennya Presiden Xi Jinping dan Presiden Vladimir Putin.
"Fakta bahwa China mencoba menegaskan ... peran baru di dunia sebagai pemimpin dunia, tidak muncul," katanya di KTT COP26 di Galsgow, Skotlandia, dikutip AFP, Rabu (3/11/2021).
"Bagaimana Anda (China) melakukannya dan mengklaim dapat memimpin? ... Ini adalah kesalahan besar ... karena China tidak muncul. Seluruh dunia melihat China dan berkata 'nilai' apa jadi yang mereka berikan?," tambahnya.
Hal sama juga diarahkannya ke Putin. Menurutnya Rusia memiliki masalah iklim yang serius.
"Dia memiliki masalah iklim yang serius," katanya lagi.
China sendiri saat ini menjadi negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Sementara Rusia merupakan negara diperingkat ke-4.
Xi Jinping memang tak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri sejak awal pandemic Covid-19 tahun 2020. Putin sendiri sempat bertemu Biden di Jenewa Swiss Juni 2021.
Sementara itu, di KTT tersebut, Biden sendiri berjanji meningkatkan peranan AS terkait perubahan iklim. Paman Sam membuat target nol emisi tahun 2050.
"Dua pemimpin dunia mendatangi saya hari ini dan berkata 'terima kasih atas kepemimpinan Anda. Anda membuat perbedaan besar di sini'," katanya lagi.
Sebelumnya pendahulu Biden, Donald Trump menarik AS dari perjanjian terkait perubahan iklim. Pada Juni 2017, Trump memutuskan untuk keluar dari Paris Climate Agreement (Perjanjian Paris) yang mengatur batas ambang kenaikan suhu global di angka 2 derajat celcius.
Trump mengatakan bahwa perjanjian ini telah merusak ekonomi AS. Pasalnya, kata dia, perjanjian itu akan menelan biaya US$ 3 triliun dalam beberapa dekade mendatang dan membuat negeri itu kehilangan 6,5 juta kesempatan kerja.
Hal tersebut mengacu pada kajian NERA Consulting, sebuah lembaga yang dibiayai American Chamber of Commerce dan American Council for Capital Formation, yang juga didukung secara finansial oleh Koch Brother. Ini juga membatalkan komitmen pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Barrack Obama yang akan memberi dana US$ 3 miliar ke negara berkembang miskin untuk mengatasi persoalan iklim.
Sementara itu, Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) mengatakan upaya seluruh dunia, termasuk negara kaya, diperlukan untuk mengatasi krisis iklim. Terutama membantu negara-negara berkembang beradaptasi dengan ini.
Menurut UNCTAD, biaya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim di negara berkembang dapat mencapai US$ 300 miliar pada tahun 2030. Dan, jika target mitigasi tidak terpenuhi, hingga US$ 500 miliar pada tahun 2050.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Beri Sinyal 'Benci tapi Rindu' pada China, Seperti Apa?
