Fakta Baru soal Ancaman Dunia Selain Covid-19, Makin Ngeri?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 26/10/2021 12:15 WIB
Foto: Sebuah pandangan umum menunjukkan 100.000 kartu pos dengan pesan-pesan menentang perubahan iklim, yang dikirim oleh orang-orang muda dari seluruh dunia dan berkumpul bersama untuk memecahkan Rekor Dunia Guinness dari kartu pos terbesar di Jungfraufirn, bagian atas gletser terpanjang di Eropa, Aletschgletscher, dekat Jungfraujoch, Swiss 16 November 2018. REUTERS / Arnd Wiegmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman perubahan iklim semakin disuarakan oleh para pihak dunia. Terbaru, laporan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan tingkat karbon dioksida melonjak menjadi 413,2 bagian per satu juta pada tahun 2020.

Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan bahwa angka ini akan mengakibatkan kenaikan suhu jauh melebihi dari target Perjanjian Paris 2015 sebesar 1,5 derajat Celcius. Di atas rata-rata pra-industri abad ini.


"Kita jauh dari jalur. Kita perlu meninjau kembali sistem industri, energi dan transportasi dan seluruh cara hidup kita," ujarnya dikutip Reuters, Selasa (26/10/2021).

Sementara itu, para pemimpin dunia diprediksi akan hadir pada konferensi iklim COP26 yang dimulai pada hari Minggu mendatang di kota Glasgow, Inggris. Forum itu mungkin merupakan kesempatan terbaik dunia yang tersisa untuk membatasi pemanasan global pada batas atas 1,5-2 derajat Celcius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.

Berdasarkan kesepakatan ini, menurut analisis terpisah oleh Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), emisi global akan menjadi 16% lebih tinggi pada tahun 2030 daripada tahun 2010. Namun itu masih jauh dari pengurangan 45% pada tahun 2030 yang menurut para ilmuwan diperlukan untuk membatasi pemanasan bumi pada 1,5 derajat.

"Melebihi target suhu akan menyebabkan dunia yang tidak stabil dan penderitaan yang tak berkesudahan, terutama di antara mereka yang berkontribusi paling sedikit terhadap emisi (gas rumah kaca) di atmosfer," kata Patricia Espinosa, Sekretaris Eksekutif UNFCCC.

Dalam sumbangan emisi karbon sendiri, RI menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar dunia. Hal ini terkuat dari penelitian yang dilakukan oleh program PBB, United Nations Environment Programme (UNEP).

Lembaga itu menyebut Indonesia bersama 14 negara lain akan menghasilkan lebih banyak emisi yang ditimbulkan oleh kebijakan energi pro bahan bakar fosil. Negara itu yakni Australia, Brasil, Kanada, China, Jerman, India, Meksiko, Norwegia, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dunia Bergejolak, Komitmen Hadapi Perubahan Iklim Terpangkas