Industri Kena Batu Bara Effect, Begini Skenario Pemerintah

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
25 October 2021 17:00
Aktifitas pekerja saat bongkar muat Batubara yang datang dari Batam di Pelabuhan KCN Cilincing,  Jakarta Utara, Kamis (12/4). Keputusan Menteri ESDM Nomor 1359K/30/MEM/2018 soal harga jual batubara untuk penyediaan tenaga listrik buat kepentingan umum, pemerintah menetapkan harga jual untuk PLTU US$70 per ton.  pemerintah juga menetapkan volume maksimal pembelian batubara untuk pembangkit listrik 100 juta ton per tahun atau sesuai kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik.Jonan menegaskan, penetapan harga jual batubara untuk PLTU agar tarif tenaga listrik tetap terjaga demi melindungi daya beli masyarakat dan industri yang kompetitif. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara tengah melonjak sehingga imbasnya sangat berat bagi industri pengguna. Beberapa industri seperti tekstil dan semen kesusahan karena ongkos produksi semakin mahal. Belum lagi banyak pengusaha yang ogah jual emas hitam ini ke dalam negeri sehingga pasokan ke industri semakin minim.

Pelaku usaha tekstil dan semen saat ini kesulitan mendapat pasokan batu bara. Seperti yang terjadi pada pabrikan semen stok batu bara hanya rata-rata hanya bertahan hingga 10 hari, dari sebelumnya bisa mengamankan pasokan dalam waktu satu bulan.

"Pasokannya luar biasa langka banyak anggota kami mematikan pabrik," kata Ketua Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso, kepada CNBC Indonesia TV, dikutip Senin (25/10/2021).

Widodo juga membeberkan harga beli batu bara dalam negeri untuk industri juga melonjak drastis dari Rp 550 ribu per ton pada akhir 2020, kini sudah melonjak Rp 1,1-1,2 juta per ton.

Direktur Industri Semen, Keramik & Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Ignatius Warsito mengatakan pemerintah sudah memahami permasalahan industri akibat melonjaknya harga batu bara. Pihaknya saat ini intens berkomunikasi dengan Kementerian ESDM untuk menyelesaikan permasalahan ini.

"Kami berharap ada kepastian dari pasokan dan harga untuk rekan industri prioritas kita. Yang makin berat mereka bisa bertahan dalam enam bulan ke depan," katanya, dikutip (25/10/2021).

Dia mengatakan ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama melakukan pengetatan Domestik Market Obligation (DMO) kepada industri dalam negeri. Artinya pasokan untuk industri yang lahap energi ini juga mendapatkan relaksasi terhadap lonjakan harga batu bara.

Kedua, untuk jangka menengah panjang harus membuat strategi optimalisasi dari energi batu bara. Supaya dapat mendukung daya saing industri yang menggunakan komoditas ini.

Kepastian pasokan batu bara ini juga menjadi kunci menjaga industri supaya tidak tumbang. Menurut Ignatius pihaknya sudah melakukan rapat koordinasi dengan semua pihak supaya bisa menjaga kepastian harga dan pasokan untuk industri, sebelum produsen melakukan ekspor.

"Krisis energi ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia. Makanya bahan baku impor pun naik. Ini gimana menjaga produktivitas terhadap industri. Saya pikir ini butuh langsung dan kita lakukan koordinasi dan langkah kebijakan dalam waktu dekat ini," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret 'Sesaknya' Jalur Utama Tongkang Batu Bara di Sungai Mahakam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular