Internasional

Waspada Gelombang 3 Covid di RI, Rusia-Inggris Sudah Meledak

sef, CNBC Indonesia
23 October 2021 07:10
Bendera Inggris dan Rusia. File Photo Reuters
Foto: Bendera Inggris dan Rusia. File Photo Reuters

Rusia

Sama seperti Inggris kasus Covid-19 Rusia juga mengalami kenaikan. Bahkan mengutip Worldometers, negeri itu mencatat 37.141 kasus baru kemarin.

Kasus ini merupakan tertinggi sepanjang gelombang Covid-19 menyerang negeri itu. Di data John Hopkins University rata-rata kasus selama tujuh hari hingga 21 Oktober adalah 33.141.

Bukan hanya kasus harian tinggi, angka kematian juga makin meningkat. Di Rusia kemarin tercatat 1.064 orang meninggal.

Saat ini sejak pandemi terjadi, ada 8.168.305 kasus Covid-19. Seajk virus masuk tahun 2020, ada 228.453 kematian.

Sementara itu guna menekan kasus, Moskow ibu kota Rusia disebut kembali akan memberlakukan penguncian. Ini akan berlaku 28 Oktober.

Wali Kota Serge Sobyanin mengatakan semua toko, bar dan restoran akan ditutup. "Kecuali menjual barang penting," tegasnya dikutip dari NDTV.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui penutupan tempat kerja selama seminggu 30 Oktober hingga 7 November. Ia juga merestui, para pemimpin regional memperkenalkan langkah-langkah lain atas kebijaksanaan mereka.

Inggris

Dalam laporan Kamis (21/10/2021), kasus baru Inggris kini menembus 52.009. Angka ini merupakan rekor terbaru sejak 17 Juli 2021 di mana ada 54.674 kasus.

Hal itu membuat total Covid-19 Inggris sejak corona menyerang di 2020 menjadi 8,6 juta orang. Inggris menjadi negara keempat terbanyak penderita Covid-19 di dunia.

Kamis Inggris juga mencatat 115 kematian baru. Kini angka total kematian menjadi 139.146 sejak pandemi terjadi.

Sejumlah ahli kesehatan menyuarakan "rencana B" ke pemerintah Inggris. Mereka menyebut pemerintah "melakukan kelalaian dengan sengaja" jika tak melakukan halm ini.

Dokter mendesak warga kembali bekerja di eumah dan wajib memakai masker. Lonjakan banyak terjadi di klaster keluarga dan aktivitas dalam ruangan.

Meski demikian, mengutip BBC International, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kasus rawat inap dan kematian tetap rendah meski infeksi tinggi. Ia pun mendesak banyak orang mendapat vaksin penguat (booster) Covid-19.

Meskipun kasusnya tinggi, pemerintah akan melanjutkan rencana strategi vaksinasi, dan sekarang keadaannya jauh lebih baik daripada tahun lalu," katanya dikutip Jumat (22/10/2021).

Ia juga meminta anak 12 hingga 15 tahun mendapat vaksin. Menurutnya vaksin sudah tersedia untuk mereka.

Sebelumnya, kenaikan ini juga diyakini akan terus terjadi. Bahkan ramalan baru dari Kementerian Kesehatan setempat menyebut kasus bisa menembus 100.000 per hari, seiring masuknya musim dingin

Pelonggaran besar-besaran Covid-19 sudah dilakukan negeri itu sejak Juli lalu. Berbeda dengan negara-negara Uni Eropa lain yang memberlakukan "paspor vaksin", Inggris menghentikan rencana untuk memberlakukannya.

Selain itu, penggunaan masker, jarak sosial dan tindakan lainnya tidak lagi diwajibkan oleh hukum di Inggris.Ini kontras dengan tindakan ketat di beberapa negara Eropa, di mana bukti vaksinasi atau tes negatif masih diperlukan untuk mengunjungi bar dan restoran atau bekerja di beberapa bidang, termasuk perawatan kesehatan.

Kesuksesan vaksinasi sebelumnya juga terganggu karena mandeknya program suntikan booster dan suntikan vaksin untuk anak. Belum lagi isu lain yakni ditemukannya mutase varian Delta, Delta Plus (AY 4.2) di negeri itu.

Inggris menggunakan AstraZeneca untuk vaksinasi Covid-19. Namun dari studi Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE), perlindungan vaksin akan turun dari 66,7% ke 47% selama 20 minggu.

Ini berbeda jika dibandingkan dengan Pfizer. Di mana turun 90% ke 70% dalam waktu yang sama.

Dalam penelitian berbeda, efisiensi melawan pasien dirawat ke RS karena varian Delta juga turun 90% ke bawah 80% setelah 140 hari. Sementara Pfizer tetap 90%.

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular