Batu Bara Mahal, Tarif Listrik RI Tak Naik Hingga Akhir 2021

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
21 October 2021 14:23
PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)
Foto: PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengungkapkan sampai akhir tahun ini tidak akan menaikkan tarif listrik ke masyarakat, meski adanya lonjakan harga sumber energi, baik batu bara, minyak, dan gas bumi.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, kondisi suplai listrik nasional saat ini masih berlebih dan pihaknya akan mengupayakan tidak akan ada kenaikan tarif listrik.

"Yang pasti saat ini kondisi listrik lebih dari cukup sampai akhir tahun, juga nggak akan ada kenaikan tarif dan insya Allah sampai akhir tahun sub sektor dari sisi pasokan dari kesiapan kapasitas ter-install sudah lebih dari cukup," tuturnya saat konferensi pers, Kamis (21/10/2021).

Dia mengakui, yang saat ini tengah dipantau ketat adalah jaminan pasokan batu bara dan gas, termasuk gas alam cair (LNG), untuk pembangkit listrik dalam negeri karena harga kedua komoditas tersebut tengah melonjak dan beberapa negara juga mengalami krisis energi, khususnya listrik, seperti di Inggris, China, India, dan juga Amerika Serikat.

"Alhamdulillah kita patut bersyukur punya batu bara, gas dan lebih dari itu, dibandingkan dengan negara lain, kita sudah mengaturnya, menjamin ada DMO (Domestic Market Obligation) batu bara dan gas, semua gak diekspor meski harga bagus, ada kewajiban pemenuhan dalam negeri," paparnya.

Dia mengatakan, dengan harga DMO batu bara yang dipatok maksimal US$ 70 per ton, meski harga batu bara di pasar kini telah melampaui US$ 200 per ton, maka ini tidak berdampak pada kenaikan biaya pembangkit listrik.

"Artinya negara hadir dan menjamin listrik ini akan ada karena sudah diregulated pemerintah atas nama konstitusi, kita gunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan kita sendiri," tuturnya.

Namun demikian, ada kendala lain yang perlu dipantau juga, yakni terkait cuaca yang bisa menyebabkan banjir di area tambang batu bara, sehingga bisa berimbas pada pengiriman batu bara ke pembangkit listrik.

"Meski cuaca menantang, beberapa tambang kebanjiran, tapi dengan manajemen kita dari supply chain batu bara, ini bisa menjadi perhatian kita bersama," ujarnya.

Pada perdagangan di pasar ICE Newcastle (Australia), selama enam hari bertutur-turut harga batu bara ambles 25,73%. Kemarin, Rabu (20/10/2021), harga batu bara menyentuh US$ 213,1 per ton, anjlok 3,53% dibandingkan dari hari sebelumnya.

Adapun harga batu bara sempat berada di puncak pada 5 Oktober 2021 yang mencapai US$ 280 per ton, tertinggi setidaknya sejak 2008 lalu.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak, Begini Strategi PLN Amankan Pasokan Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular