WHO Diam-Diam Borong Obat Terapi Covid-19 Terbaru

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
19 October 2021 21:00
FILE PHOTO: An experimental COVID-19 treatment pill called molnupiravir being developed by Merck & Co Inc and Ridgeback Biotherapeutics LP, is seen in this undated handout photo released by Merck & Co Inc and obtained by Reuters May 17, 2021. Merck & Co Inc/Handout via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT. THIS IMAGE WAS PROCESSED BY REUTERS TO ENHANCE QUALITY, AN UNPROCESSED VERSION HAS BEEN PROVIDED SEPARATELY/File Photo
Foto: via REUTERS/MERCK & CO INC

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dilaporkan berencana membeli pil obat Covid-19 yang baru-baru ini dibuat dan dikembangkan oleh Merck. Badan PBB itu disebut-sebut akan membelinya seharga US4 10 (Rp 140.000) per pil. Langkah ini untuk memastikan negara-negara miskin mendapatkan akses yang adil termasuk vaksin hingga obat antivirus.

Sebagaimana diwartakan Reuters, hal ini terbongkar dari sebuah dokumen yang menguraikan tujuan Access to Covid-19 Tools Accelerator (ACT-A) hingga September tahun depan. Obat bernama Molnupiravir itu rencananya akan disalurkan untuk mengobati 120 juta pasien secara global.

"Dokumen ACT-A mengharapkan untuk membayar US$ 10 dolar per kursus untuk antivirus oral baru untuk pasien ringan/sedang," tulis dokumen itu dikutip Selasa (19/10/2021).

Harga ini sendiri cukup rendah dibandingkan dengan US$ 700 per pil (Rp 9,8 juta) yang telah disetujui Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam disebut telah membayar 1,7 juta pil perawatan.

Namun, sebuah penelitian yang dilakukan oleh universitas Harvard memperkirakan bahwa molnupiravir dapat berharga sekitar US$ 20 (Rp 280 ribu) jika diproduksi oleh pembuat obat generik.

Bila produksi dioptimalkan, harga tersebut bahkan yang berpotensi turun menjadi US$ 7,7 (Rp 108 ribu). Sejauh ini, Merck memiliki kesepakatan lisensi dengan delapan pembuat obat generik India.

Molnupiravir diketahui efektif memangkas tingkat rawat inap dan kematian hingga 50% dalam uji coba terbaru. Klaim tersebut telah dipuji oleh para ahli sebagai salah satu terobosan potensial tentang bagaimana virus corona kini dapat diobati.

Meski belum mendapatkan izin edar, banyak negara sudah mulai mengamankan pasokan obat ini untuk penanganan pandeminya. Rata-rata merupakan negara tetangga dan juga negara yang cukup dekat dengan RI seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan Thailand.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Obat Ini Ditarik dari Pasaran, Tak Ampuh Lawan Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular