
Ada Negara Pecundang & Pemenang, RI Gimana Bu Sri Mulyani?

Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya ada tiga hal yang menentukan sebuah negara menjadi pemenang atau justru menjadi pecundang. Adalah pulih dari pandemi covid-19, antisipatif atas perubahan iklim atau climate change dan pemanfaatan teknologi digital.
Demikianlah diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati alam acara Festival Transformasi Pelayanan Publik 2021, Selasa (19/10/2021)
"Kalau ada tiga fenomena, yaitu pandemi, climate change dan digital technology adalah tiga hal yang menyapu dunia akan mempengaruhi sebuah negara apakah dia akan menjadi pecundang atau pemenang," terangnya.
Pandemi covid, Indonesia kini berada dalam pemulihan pasca serangan covid-19 varian delta. Kasus positif kini turun bahkan sampai 95%, mobilitas masyarakat kembali dilonggarkan dan ekonomi mulai tumbuh secara perlahan.
Dua bulan lalu, situasi covid di tanah air memang begitu mencekam. Ada sekitar 50 ribu orang positif setiap harinya dan 2000 orang meninggal dunia akibat rendahnya vaksinasi, tidak tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai di beberapa daerah, sekaligus kurangnya obat-obatan.
Situasi tersebut, kata Sri Mulyani bukan tidak mungkin terulang kembali. Maka dari itu pemerintah melakukan percepatan vaksinasi dari yang sekarang masih di bawah 40%.
"Meskipun kita sudah menangani covid delta, tapi masalah ini belum selesai. Vaksinasi harus terus dilakukan. Karena belum sampai 40%, harus mencapai 70%," terang Sri Mulyani.
Di samping itu juga dilakukan peningkatan fasilitas kesehatan beserta layanan publik. Kampanye penerapan protokol kesehatan harus terus digerakkan agar masyarakat tidak lengah dan mengulang kesalahan yang sama dan mengakibatkan penularan masif.
Perubahan iklim merupakan permasalahan yang sebenarnya tidak bisa disebut akan terjadi di masa depan, sebab berbagai dunia sudah merasakan gejalanya.
"Dari sisi korban jiwa, dampak ekonomi dan keuangan, ini sebuah fenomena adalah kejadian yang luar biasa, maka bangsa-bangsa di dunia harus berpikir dan berikhtiar mencegah hal ini ke depan," imbuhnya.
Layaknya pandemi covid-19, dampak perubahan iklim juga tidak mengenal batas. Seluruh negara bisa terkena dampaknya, termasuk Indonesia. Baik berupa bencana alam, krisis ekonomi hingga kesengsaraan masyarakat.
Sri Mulyani yang juga merupakan Co-Chairs of the 2021-2023 Coalition of Finance Ministers for Climate Action mengharapkan seluruh pihak mulai berpikir serta menjalankan kehidupan yang mampu mencegah kemungkinan terburuk dari perubahan iklim
"Tantangan climate change, perubahan yang menimbulkan konsekuensi yang sangat dahsyat. Generasi muda yang menyongsong masa depan mereka disasar tantangan global yang tidak pilih-pilih. Tidak ada bordernya, sama seperti pandemi ini," papar Sri Mulyani.
Pemerintah sendiri sudah mulai sederet kebijakan antisipatif. Di antaranya memulai proyek pembangunan hijau, begitu juga dengan pembiayaannya. Selain itu baru saja dilakukan pengenaan pajak karbon yang dimulai pada pembangkit listrik.
"Meskipun kita disibukan dengan pandemi, tapi climate change niscaya terjadi apabila seluruh dunia tidak mengantisipasinya," pungkasnya.
Teknologi digital menjadi kebutuhan utama saat ini, apalagi ketika pandemi covid. Tidak cuma bagi dunia usaha, pemerintah juga harus melihat pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung pemanfaatan dan pengelolaan data hingga pelayanan publik.
Kemenkeu, kata Sri Mulyani merupakan instansi dengan data melimpah. Hal ini seharusnya bisa dijadikan aset dalam melahirkan regulasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan adaptif.
"Manusia aset luar biasa dalam organisasi, aset kedua adalah data. Kalau keduanya sama-sama luar biasa maka bisa menjadi feedback regulasi yang kita miliki," ujarnya.
Dalam mewujudkan hal tersebut, pegawai tak bisa cuma mengerjakan sesuatu yang bersifat rutinitas. Sebab data perlu diolah dan dianalisa. Bila tidak, maka data hanya cuma sebagai deretan angka-angkan dan informasi semata.
"Itu sama kayak orang masuk ke dapur. Banyak sekali bahan makanan tapi gak punya ide mau masak apa ya sudah. Kemenkeu sama, tapi kalau orangnya linglung ya jadinya ironis," tegasnya.
Sri Mulyani merasa beruntung, Indonesia kini berada dalam situasi demografi yang bagus. Segmen masyarakat muda yang lebih dominan akan membawa negara lebih cepat untuk menyelesaikan ketiga persoalan tadi dan mendorong Indonesia menjadi negara pemenang.
"Anak muda tidak terkunci dalam sebuah mindset dan kekolotan yang membuat kita tidak mempu berubah," terangnya.
(mij/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Sri Mulyani Sebut RI Jadi Sorotan Dunia Soal Ancaman Ini