Biden Mau Kasih Uang Santunan ke Warga Afghanistan, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden menawarkan uang santunan kepada keluarga warga Afghanistan yang tewas dalam insiden serangan pesawat nirawak AS yang gagal di negara berkonflik itu.
Insiden itu terjadi pada Agustus di hari-hari terakhir sebelum pasukan Amerika menarik diri dari negara itu. Serangan drone tersebut menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak.
Tidak hanya itu, Washington juga berjanji untuk membantu anggota keluarga yang tertarik untuk pindah ke AS.
"Pentagon menawarkan pembayaran uang belasungkawa yang tidak ditentukan kepada keluarga 10 warga sipil yang tewas dalam serangan tersebut," seperti dikutip Aljazeera, Minggu (17/10/2021).
Departemen Pertahanan AS mengatakan telah membuat komitmen yang termasuk menawarkan pembayaran belasungkawa 'ex-gratia', selain bekerja dengan Departemen Luar Negeri AS untuk mendukung anggota keluarga yang tertarik untuk relokasi ke AS.
Wakil Menteri Pertahanan AS, Colin Kahl sebelumnya mengadakan pertemuan virtual pada hari Kamis dengan Steven Kwon, pendiri dan Presiden Nutrition & Education International, organisasi bantuan yang mempekerjakan Zemari Ahmadi, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak 29 Agustus.
"Ahmadi dan lainnya yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak itu adalah korban tak bersalah yang tidak bersalah dan tidak berafiliasi dengan Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K) atau ancaman terhadap pasukan AS," ungkap Sekretaris Pers Pentagon John Kirby.
Pentagon sebelumnya menyatakan, serangan 29 Agustus menargetkan seorang pelaku bom bunuh diri dari kelompok ISIS yang merupakan ancaman bagi pasukan pimpinan AS di bandara saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan mereka dari Afghanistan.
Namun, laporan segera muncul bahwa serangan di lingkungan barat Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul telah menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak. Video dari tempat kejadian menunjukkan puing-puing mobil berserakan di sekitar halaman sebuah gedung. Pentagon kemudian mengatakan serangan itu adalah kesalahan tragis.
Serangan itu terjadi tiga hari setelah seorang pelaku bom bunuh diri kelompok ISIS menewaskan 13 tentara AS dan puluhan warga sipil Afghanistan yang telah berkerumun di luar gerbang bandara, putus asa untuk mengamankan kursi pada penerbangan evakuasi, setelah Taliban merebut kekuasaan di ibukota pada pertengahan Agustus lalu.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin meminta maaf atas serangan yang gagal itu. Namun, keponakan Ahmadi yang berusia 22 tahun, Farshad Haidari, mengatakan itu tidak cukup.
"Mereka harus datang ke sini dan meminta maaf kepada kami secara langsung," katanya kepada kantor berita AFP.
Haidari, yang saudara laki-lakinya Naser dan sepupu mudanya juga tewas dalam ledakan itu mengatakan, pada 18 September bahwa AS tidak melakukan kontak langsung dengan keluarga tersebut.
Pembunuhan warga sipil juga menimbulkan pertanyaan tentang masa depan serangan pesawat tak berawak AS di Afghanistan.
(tas/tas)