WHO Bentuk Tim Asal Usul Corona, Jadi Kesempatan Terakhir!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
14 October 2021 20:56
Workers put on protective suits as they wait for people living surrounding the Xinfadi wholesale market arrive to get a nucleic acid test at a stadium in Beijing, Sunday, June 14, 2020. China is reporting its highest daily total of coronavirus cases in two months after the capital's biggest wholesale food market was shut down following a resurgence in local infections. (AP Photo/Andy Wong)
Foto: Petugas mengenakan pakaian pelindung saat mereka menunggu warga yang tinggal di sekitar pasar grosir Xinfadi untuk mendapatkan tes asam nukleat di sebuah stadion di Beijing, Minggu (14/6/2020). (AP Photo/Andy Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pembentukan kelompok penasehat baru bisa menjadi kesempatan terakhir mereka untuk menguak asal-usul virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 di Wuhan, China.

"WHO berusaha untuk mengambil langkah mundur, menciptakan lingkungan di mana kita dapat kembali melihat masalah ilmiah," kata Direktur Eksekutif Program kedaruratan kesehatan WHO, Mike Ryan, dikutip dari Reuters, Rabu (13/10/2021).

"Ini adalah kesempatan terbaik kita, dan ini mungkin kesempatan terakhir kita untuk memahami asal usul virus ini," tambahnya.

WHO menyebutkan 26 anggota yang diusulkan dari Kelompok Penasihat Ilmiah tentang Asal-usul Patogen Novel (SAGO). Mereka termasuk Marion Koopmans, Thea Fischer, Hung Nguyen dan ahli kesehatan hewan China Yang Yungui.

Dalam sebuah editorial di Science, WHO sempat mengatakan bahwa penyelidikan terperinci dari kasus-kasus paling awal yang diketahui dan dicurigai di China sebelum Desember 2019 masih diperlukan. Ini termasuk analisis sampel darah yang disimpan dari 2019 di Wuhan dan pencarian retrospektif data rumah sakit dan kasus kematian sebelumnya.

Laboratorium di Wuhan, lokasi laporan pertama infeksi manusia muncul, jugal harus menjadi fokus penelitian.

Maria van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, menyuarakan harapan bahwa akan ada misi internasional lebih lanjut yang dipimpin WHO ke China yang akan melibatkan kerja sama negara tersebut.

"Lebih dari tiga lusin studi yang direkomendasikan masih harus dilakukan untuk menentukan bagaimana virus berpindah dari spesies hewan ke manusia," kata van Kerkhove. "Pengujian antibodi China yang dilaporkan pada penduduk Wuhan pada 2019 akan "sangat penting" untuk memahami asal-usul virus."

Sementara Chen Xu, duta besar China untuk PBB di Jenewa, mengatakan pada konferensi pers terpisah bahwa kesimpulan dari studi bersama itu "cukup jelas" setelah tim internasional dikirim ke China dua kali.

"Sudah waktunya untuk mengirim tim ke tempat negara lain," katanya. "Saya percaya bahwa jika kita akan melanjutkan penelitian ilmiah, saya pikir itu harus menjadi upaya bersama berdasarkan sains, bukan oleh badan intelijen. Jadi jika kita akan berbicara tentang apa pun, kita melakukan seluruh bisnis dalam kerangka SAGO."

Kasus manusia pertama Covid-19 dilaporkan di Kota Wuhan di China tengah pada Desember 2019. China telah berulang kali menolak teori bahwa virus itu bocor dari salah satu laboratoriumnya. Mereka juga mengatakan tidak diperlukan lagi kunjungan para peneliti.

Sebelumnya sebuah tim yang dipimpin WHO menghabiskan empat minggu di sekitar Wuhan awal 2021. Hasilnya menyatakan virus mungkin telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain. Tetapi hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan penyelidikan terhambat oleh kelangkaan data mentah yang berkaitan pada awal wabah dan telah menyerukan audit laboratorium terkait.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Meeting Darurat, Virus Mematikan Tewaskan 9 Orang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular