Tak Hanya Baju, Kertas Juga Bisa Mahal Efek Batu Bara Nanjak!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
13 October 2021 17:03
Ein Mitarbeiter der Papierherstellung der Melitta Haushaltsprodukte in Minden hebt am Mittwoch, 4. November 2009, mit einem Kran eine Rolle mit rund 18000 Meter Filterpapier. Das Melitta-Werk in Minden ist die groesste Fertigungsanlage fuer Kaffeefiltertueten in Europa. Der Papier-Kaffeefilter wurde 1908 von der Dresdener Hausfrau Melitta Bentz erfunden, deren Nachfahren das Unternehmen bis heute fuehren. (AP Photo/Focke Strangmann) --- A worker of the paper production at the Melitta household products factory in Minden, northern Germany, handles a paper roll of about 18000 meters of filter paper on Thursday, Nov. 4, 2009. Melitta in Minden is Europe's biggest manufacturer of paper filters for coffee. Melitta Bentz, a housewife from Dresden, invented the coffee filter paper in 1908. (AP Photo/Focke Strangmann)
Foto: Ilustrasi Pabrik Kertas (AP Photo/Focke Strangmann)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga batu bara bakal berefek besar terhadap produksi barang di sektor hilir. Tidak hanya baju, salah satu yang bakal terkena dampak adalah kertas. Industri ini menggunakan batu bara sebagai salah satu opsi dalam sumber energi.

"Kita belum ada kajian ini (tapi) sementara memang ada pengaruhnya (kenaikan biaya produksi)," kata Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/10/2021).

Ia menerangkan batu bara hanya salah satu dari sekian banyak pilihan sumber energi. Karenanya, bagi industri yang tidak menggunakan batu bara, maka dampaknya tidak terlalu signifikan. Sebaliknya bagi industri yang dominan menggunakan komoditas ini dampaknya akan besar.

"Kalau kita bervariasi, industri kertas macam-macam, ada yang pakai kulit kayu, ada yang pake gas, batubara, listrik," ujar Aryan.

Dalam laporan Kebutuhan Energi pada Industri Pulp dan Kertas Indonesia dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian (Pusdatin Kemenperin) tahun 2019, penggunaan energi fosil didominasi oleh batu bara, yakni sebesar 76,5 % atau sekitar 6.577.804 ton per tahun (untuk batu bara low rank). Sementara gas alam sekitar 20 % atau sebesar 32.619.994 mmbtu.



Kemudian kebutuhan biomass dari luar proses sekitar 17,5 % yang datang dari bark (kulit kayu), tandan kosong, cangkang sawit, fiber sawit, dan sebagainya.

Namun, masing-masing perusahaan memiliki kebijakan sendiri dalam penerapan kebijakan energi. Misalnya PT Riau Andalan Pulp dan Kertas (RAPP/April Group) menggunakan 54% energinya dari batu bara. Sementara itu, PT Fajar Surya Wisesa yang memproduksi kertas dari bahan baku kertas bekas menggunakan 40,84% batu bara, 36,01% gas alam dan sisanya plastik dan PLN.

"Kalau struktur biaya (produksi) 5% ya kira-kira dampaknya bisa keliatan, tapi nggak semua pake batu bara karena campuran biasanya," jelasnya.

Selain kenaikan biaya produksi, salah satu penyebab kenaikan harga terletak pada bahan baku.

"Yang dominan bahan bakunya, kalau bahan baku kaitannya dengan harga," ujarnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret 'Sesaknya' Jalur Utama Tongkang Batu Bara di Sungai Mahakam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular