
Erdogan Blak-blakan Soal Ancaman Seram Dunia Selain Covid

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan buka suara mengenai ancaman mengerikan terhadap dunia selain pandemi Covid-19, yakni perubahan iklim. Hal itu dia sampaikan dalam pidato Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB.
Dia mengatakan, perubahan iklim menjadi perhatian setiap negara di dunia, termasuk negaranya yang belum lama meratifikasi perjanjian iklim Paris pada September kemarin.
"Perang melawan perubahan iklim dan masalah lingkungan tidak dapat didelegasikan ke negara-negara tertentu saja," kata Erdogan, dikutip dari kantor berita Turki Anadolu Agency (AA), Selasa (12/10/2021).
Erdogan juga mengatakan masyarakat internasional juga harus mengambil tanggung jawab yang adil untuk mengatasi perubahan iklim, tergantung pada kerusakan masing-masing terhadap alam.
Tak hanya akan fokus pada masalah perubahan iklim, Erdogan juga menegaskan Turki akan menyelesaikan krisis iklim, dengan menempatkan revolusi pembangunan hijau sebagai inti dari upaya tersebut.
Presiden mengatakan pemerintahnya mengharapkan semua partai politik, sektor swasta, dan LSM untuk mendukung pembangunan hijau, yang merupakan "proyek bersejarah" negara mereka.
Menteri Lingkungan dan Urbanisasi Murat Kurum mengatakan bergabungnya Turki dengan Perjanjian Paris untuk masalah lingkungan tidak akan menjadi sederhana.
"Di semua sektor kami, kami akan mengambil langkah untuk mewujudkan pertanian, pariwisata, industri, dan banyak investasi kami sebagai bagian dari ekonomi sirkular yang berkelanjutan," katanya.
Turki sebelumnya tunduk pada kondisi yang tidak adil mengenai akses ke keuangan iklim di bawah Perjanjian Paris. Kurum menjelaskan upaya diplomatik negara itu telah memperbaiki situasi ini.
"Sebuah proses pembangunan baru akan dimulai di seluruh dunia dan kami akan mengambil tempat kami dalam pembangunan ini dengan populasi 84 juta kami di bawah kepemimpinan presiden kami dan menjadi salah satu negara terkemuka," tambahnya.
Menggarisbawahi Turki juga akan bekerja mencapai emisi nol bersih pada 2053, Kurum mencatat Turki adalah salah satu negara pertama yang menandatangani kesepakatan Paris. Dia juga menyebutkan banyak negara telah memuji keputusan Turki untuk meratifikasi kesepakatan dan mengadopsi target nol bersih pada 2053.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Erdogan Mulai Megaproyek Kanal Istanbul Rp 216,8 Triliun
